TEMPO.CO, London - Justin Welby, seorang mantan eksekutif di perusahaan perminyakan, ditahbiskan sebagai uskup Canterbury. Sebagai pemimpin kelompok Kristen terbesar ketiga di dunia, ia memimpin 77 juta umat Anglikan. Welby berjanji untuk mendukung wanita sebagai uskup dan menyerukan kehati-hatian pada hubungan sejenis.
Dua masalah ini -- wanita sebagai imam dan homoseksual -- menjadi isu aktual yang selalu diperbedatkan gereja ini. Welby lah yang mengusung jalan tengah: mendukung penahbisan perempuan sebagai uskup dalam pemungutan suara gereja, tapi mendukung prinsip gereja sebelumnya, yaitu menentang upaya legalitas pernikahan sesama jenis.
Sebelum memutuskan untuk mengabdikan hidupnya pada gereja, Welby adalah seorang eksekutif di perusahaan minyak besar milik Inggris dan Prancis. Menyikapi perselisihan di dalam tubuh gereja, ia menyatakan akan mengutamakan rekonsiliasi.
Welby naik menggantikan uskup sebelumnya, Rowan Williams, yang pada bulan Maret mengumumkan akan mundur pada akhir tahun. Pengangkatannya diumumkan di kantor Perdana Menteri Inggris, David Cameron.
Kiprahnya dalam hierarki gereja Anglikan kerap digambarkan bak meteor. Welby memulai pelatihan sebagai pastur pada tahun 1987 dan diangkat tahun 1992. Dia menjadi uskup Durham setahun kemudian.
Ia merupakan uskup ke-105 dalam urutan yang sudah ada sejak 1400 tahun yang lalu yang diawali oleh St Augustine dari Canterbury, "Nabi Inggris", pada tahun 597. Sejak masa St Augustine sampai abad ke-16, Uskup Agung Canterbury berada dalam komuni penuh dengan Tahta Roma dan menerima pallium. Setelah Reformasi Inggris, Gereja Inggris memisahkan diri dari otoritas Paus dan Gereja Katolik Roma, sejak kepemimpinan Henry VIII dan Edward VI, dan kemudian secara permanen selama kepemimpinan Elizabeth I.
NEW YORK TIMES | TRIP B