TEMPO.CO, Doha - Ratusan pemimpin oposisi Suriah mengadakan pertemuan di ibu kota Qatar, Doha, untuk membahas konferensi guna menyatukan misi, pandangan politik, dan menghadapi front militer pemerintah.
Pertemuan Doha berlangsung di tengah-tengah kecamuk perang di Suriah, disusul pengakuan brigade angkatan bersenjata pemberontak yang menyatakan bertanggung jawab atas sejumlah ledakan di Kota Damaskus. Menurut kelompok hak asasi manusia antipemerintah, pertempuran segar baru saja terjadi di Damaskus.
Amerika Serikat menekan para pemimpin oposisi agar memilih seorang pemimpin baru di kalangan mereka, baik dari kalangan warga Suriah di pelarian maupun para komandan militer. Mereka sepakat bertemu di Doha selama lima hari. Pertemuan dimulai Ahad, 4 November 2012.
Pemimpin oposisi lainnya, Riad Sheif, menolak pertemuan di Doha itu. Dia justru berencana mengepalai sebuah pemerintahan di pengasingan. Penolakan Sheif ini sebenarnya sudah pernah disampaikan dalam berbagai kesempatan. Sebab, dia merupakan pemimpin potensi dalam sebuah pemerintahan baru dengan nama Inisiatif Nasional Suriah.
Namun penentang utama Presiden Bashar al-Assad ini belakangan menyatakan bahwa dia tak punya keinginan memimpin sebuah pemerintahan baru. "Saya tak harus menjadi calon pemimpin sebuah pemerintahan di pengasingan. Saya sudah berusia 66 tahun dan memiliki masalah kesehatan," katanya kepada watawan menjelang pertemuan Doha.
Ratusan tokoh dari oposisi Suriah ambil bagian dalam konferensi di Doha. Seluruhnya mencari cara bagaimana menjatuhkan Assad dan mengakhiri konflik 19 bulan yang telah menewaskan puluhan ribu orang itu.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Berita terpopuler lainnya:
SBY Disambut Megah di Horse Guard Parade London
Peti Mati Bermunculan di Pemakaman di Maryland
SBY Dijamu Makan Malam di Istana Buckingham
Presiden SBY Kunjungi Pangeran Charles
Badai Sandy Buktikan Kekuatan Media Sosial
Personel Secret Service Bunuh Diri