TEMPO.CO, Jalur Gaza - Pemimpin Hizbullah Libanon, Hassan Nasrallah, mengakui pesawat tempur tanpa awak miliknya telah ditembak jatuh Israel, pekan lalu.
"Pesawat canggih itu dikirimkan dari wilayah Libanon melintasi jarak ratusan kilometer perjalanan laut, sebelum memasuki garis perbatasan musuh dan masuk ke daerah pendudukan Palestina," kata Hassan Nasrallah di televisi, Kamis, 11 Oktober 2012.
Dia mengatakan, pesawat tanpa awak itu jatuh di wilayah sensitif Israel. "Ini bukan pertama kali (pengiriman pesawat tanpa awak) dan pengiriman ini bukanlah yang terakhir. Kami sanggup menjangkau seluruh wilayah Israel," kata Nasrallah, mengacu pada pengiriman sejumlah pesawat tanpa awak sejak konflik Hizbullah dengan Israel pada 2006. Nasrallah menambahkan, pesawat tanpa awak itu dibangun Iran dan dirakit di Lebanon. "Pesawat ini kami sebut Ayoub."
Pekan lalu, Angkatan Udara Israel menembak jatuh pesawat tanpa awak di selatan Pegunungan Hebron. Menurut laporan sejumlah media Israel, Ahad, 7 Oktober 2012, pesawat tanpa awak itu merupakan alat Iran untuk memantau reaktor nuklir Dimona.
Situs berita Israel, Ynet, melaporkan, meskipun jet tempur berhasil memasuki wilayah udara Israel dari Laut Tengah, dijamin tidak bakal ada kerusakan sedikit pun terhadap reaktor nuklir. Upaya ini, kata media Israel, akan memberikan kemenangan psikologis besar bagi Iran dan Hizbullah.
Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Avital Leibovich, mengatakan kepada wartawan, "Pesawat tanpa awak ini terlihat jelas mengudara di atas Laut Tengah di sektor dekat Jalur Gaza, sebelum memasuki wilayah udara Israel dan selanjutnya dikuntit pasukan keamanan."
"Angkatan Udara membuntutinya dari awal hingga saat jet tersebut masuk wilayah Israel dan ditembak jatuh di atas hutan Yatir di sebelah utara Negev, sebuah kawasan yang tak berpenghuni."
"Israel tidak menyangka Hizbullah telah mengembangkan teknologi tinggi yang sanggup mengoperasikan sebuah jet tanpa awak dengan jarak panjang," kata situs Ynet.
"Israel sadar bahwa Iran dan Hizbullah memiliki kapasitas mengembangkan teknologi tesebut. Dalam sebuah diskusi pernah dibicarakan tentang bagaimana Israel harus menanggapi infiltrasi jet tanpa awak dan serangan roket dari Libanon serta meresponsnya dengan serangan artileri atau udara di wilayah selatan Libanon," kata pejabat kemanan senior kepada Ynet, Sabtu malam waktu setempat, 6 Oktober 2012.
AL JAZEERA | AL ARABIYA NEWS | CHOIRUL