TEMPO.CO, New York - Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, mengakui terjadi krisis mata uang di negaranya. Namun, ia lebih menyalahkan jatuhnya nilai mata uang nasional pada "perang psikologis" yang dilakukan oleh musuh-musuh luar negeri dan oposisi ketimbang karena sanksi ekonomi.
Ahmadinejad mengatakan kepada wartawan bahwa kemerosotan nilai mata uang hanyalah masalah sementara dari embargo internasional pada minyak Iran. Dia mengatakan sanksi hanya akan menekan rakyat Iran dan bukan pemerintah. Sanksi juga tidak akan memaksa Teheran untuk mengubah kebijakan nuklirnya.
Baca Juga:
"Ini pertempuran," katanya kepada wartawan di Teheran. "Musuh telah berhasil mengurangi penjualan minyak kita, tapi mudah-mudahan kita akan memberikan kompensasi untuk ini," katanya.
Ia menolak krisis ini adalah hasil dari ketidakmampuan ekonomi pemerintahnya. "Apakah fluktuasi mata uang ini karena masalah ekonomi? Jawabannya adalah tidak," katanya. "Apakah ini juga karena kebijakan pemerintah? Bukan! Itu karena tekanan psikologis. Ini adalah pertempuran psikologis."
Ahmadinejad mengatakan Iran tidak akan mundur dari masalah nuklir. "Jika orang berpikir bahwa mereka dapat menempatkan tekanan pada Iran untsalah alamat dan mereka harus memperbaiki perilaku mereka," katanya.
Baca Juga:
Presiden Iran menuduh kubu oposisi turut memperburuk krisis atas riyal. Hal ini (krisis mata uang), katanya, memberi amunisi bagi mereka untuk makin meluncurkan kampanye propaganda melawannya.
Telunjuknya terarah pada Ali Larijani, ketua parlemen, dan mengkritiknya karena memberikan wawancara di mana Larijani mengatakan salah urus menyumbang 80 persen dari masalah di Iran dan sanksi hanya 20 persen.
"Ketua parlemen yang terhormnat mestinya tampil di depan dan membantu, bukannya malah sibuk memberikan wawancara," katanya.
GUARDIAN | TRIP B