TEMPO.CO, Washington - Silang kata dan adu serang antara Presiden Barack Obama dengan lawannya dari Partai Republik, Mitt Romney, kian panas mendekati hari pemilihan presiden pada November mendatang.
Kedua calon presiden ini dalam pidato kampanyenya di Ohio, Rabu, 26 September 2012, saling kritik soal kebijaksanaan terhadap Cina, pajak, dan strategi mengatasi pengangguran.
Dalam survei terbaru, Obama mendapatkan dukungan 50 persen dari pemillih di Ohio, Florida, dan Pennsylvania. Mereka ingin agar Presiden AS pertama dari keturunan kulit hitam ini tetap bertahan di Gedung Putih. Sedangkan suara lainnya masih seperti bandul, bisa ke Obama dapat pula ke Romney.
Hasil survei terbaru menyebutkan bahwa Romney kurang mendapatkan respek dari sisi kebijaksaan ekonomi. Calon dari Republik ini kerap mengkritik kebijaksanaan ekonomi Obama. Menurutnya, perekonomian Amerika tumbuh lambat di bawah kempemimpinan Obama, termasuk kelangkaan lapangan kerja.
Isu ekonomi merupakan menu utama bagi kedua calon. Meskipun pandangan Romney di bidang ekonomi dianggap kurang bagus oleh hasil survei, dia menyatakan tidak khawatir atas hasil tersebut.
"Hasil survei bisa naik dan turun, tetapi terus terang, Anda akan melihat dukungan kepada saya untuk menjadi presiden pada hari pemilihan," kata Romney dalam sebuah wawancara dengan wartawan CNN bidang politik, Jim Acosta.
Dalam kesempatan kampanye di kawasan industri American Spring Wire di Bedford Heights, Romney menyatakan akan mengambil garis keras melawan Cina karena dianggap memanipulasi nilai mata uanganya, yang menyebabkan angka pengangguran di AS membengkak. Dia mengatakan, sebagai presiden, dia akan mengadopsi kebijaksanaan menguntungkan bagi industri demi terbukanya lapangan pekerjaan di AS.
Pada bagian lain, pemerintahan Obama menuduh Cina telah melakukan subsidi ilegal terhadap industri ekspor otomotif dan melakukan dumping terhadap barang-barang dari Amerika.
CNN | CHOIRUL
Berita Terpopuler:
DPR Terbelah Jika Kapolri Dipanggil KPK
Ini yang Akan Terjadi Jika Jendela Pesawat Dibuka
PDIP Tak Setuju Protokol Antipenistaan Agama SBY
Bulan Madu PDIP dan Prabowo di Ujung Tanduk
DPR Pertanyakan Konflik Menhan dan Jakarta Post