TEMPO.CO, Damaskus - Dua ledakan bom menghantam markas besar Angkatan Bersenjata Suriah di Damaskus menyebabkan dua bangunan berlantai dua hangus terbakar, Rabu, 26 September 2012. Ledakan ini juga menyebabkan puluhan orang tewas dan luka-luka.
Menteri Penerangan Omran al-Zoubi mengatakan bom diletakkan oleh pelaku di dalam gedung markas dan meledak sebelum pukul tujuh pagi. Akibat ledakan ini, jendela kaca gedung pengawal Distrik Umayyad Square rusak berat.
Melalui sebuah pernyataan yang dirilis ke media massa, juru bicara pemberontak dari Tentara Pembebasan Suriah mengaku bertanggung jawab atas ledakan yang menyebabkan puluhan orang tewas. Namun Zoubi mengatakan bahwa ledakan tersebut hanya menyebabkan beberapa benda rusak.
"Saya ingin meyakinkan setiap orang bahwa seluruh kamerad pasukan militer kami di Kementerian Pertahanan dan jenderal militer dalam keadaan baik serta tidak terluka sedikit pun," kata Zoubi kepada wartawan.
"Pasukan keamanan berhasil meringkus para teroris bersenjata di kawasan. Kini semuanya normal kembali. Berita yang beredar adalah salah. Ya, memang telah terjadi aksi teroris di dekat lokasi bangunan penting, tetapi mereka gagal mewujudkan keinginannya."
"Usai peristiwa ledakan, sejumlah jalan di pusat ibu kota diblokir pasukan keamanan. Ambulans tampak mondar-mandir," kata warga. Mereka mengatakan telah terjadi adu tembak selama berjam-jam menyusul insiden ledakan bom.
"Saya bangun pada pukul tujuh pagi saat mendengar suara ledakan pertama. Lima atau enam menit kemudian, ada suara ledakan ke dua," kata seorang warga kepada kantor berita Reuters.
Kekerasan demi kekerasan telah menimbulkan korban jiwa hingga 29 ribu orang mendapatkan sorotan tajam dari berbagai kepala negara ketika mereka hadir dalam Sidang Umum PBB. Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Thani, misalnya, untuk pertama kalinya menyerukan dunia Arab melakukan intervensi militer ke Suriah. Namun, seruan ini ditolak oleh Presiden Mesir, Mohammed Mursi.
AL JAZEERA | CHOIRUL