TEMPO.CO, Kabul - Prajurit perempuan Inggris harus menjalani tes kehamilan sebelum penugasannya. Hal ini dilakukan menyusul ditemukannya seorang prajurit di unit tempur yang melahirkan di Afganistan, tanpa menyadari dirinya tengah hamil.
Komandan pasukan Inggris di Afganistan, Kolonel Richard Kemp, menyatakan terlalu berbahaya bagi seorang wanita hamil ditempatkan di garis depan. Reaksi keras muncul setelah Daily Mail mengungkapkan seorang tentara Inggris melahirkan anak laki-laki di Camp Bastion.
Berita ini membuat heran para pemimpin militer. Aturan militer yang ketat melarang ibu hamil terlibat dalam operasi militer dan tentara berulang kali diingatkan oleh petingginya untuk memeriksa mereka sebelum terbang ke garis depan.
Selama ini, tes urine sebelum keberangkatan memang tak dilakukan, karena mereka beranggapan itu akan menjadi 'invasi privasi'.
Kemp mengatakan wanita tentara yang tak disebutkan namanya itu sangat beruntung karena melahirkan di Camp Bastion di mana ada fasilitas medis yang sangat baik. "Tapi jika dia tengah berpatroli atau berada di tengah pertempuran, misalnya, mungkin kondisinya berbeda," katanya.
Tentara yang berdarah Fiji itu tengah berbadan dua tanpa disadarinya saat mulai ditugaskan di Afganistan maret lalu. Ia seorang penembak yang membantu memberikan tembakan perlindungan bagi pasukan dalam pertempuran.
Dua hari yang lalu ia mengeluh sakit perut parah. Petugas medis yang memeriksanya mengatakan bahwa dia akan melahirkan.
DAILY MAIL | TRIP B
Terpopuler
Tetangga Nara Mantap Pilih Jokowi
New York Times Soroti Pencalonan Joko Widodo
Ini Dialog yang Dimanipulasi dalam Film Anti-Islam
Pilih Jokowi, Kalla Tak Takut Dimusuhi Golkar
Siarkan Quick Count, 2 Televisi Diadukan ke KPI
Tak Ikut Nyoblos, Ini Kegiatan SBY