Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Suu Kyi Minta AS Mulai Cabut Sanksi Ekonomi

Editor

S Tri P Bud

image-gnews
Aung San Suu Kyi. REUTERS/Cathal McNaughton
Aung San Suu Kyi. REUTERS/Cathal McNaughton
Iklan

TEMPO.CO, Washington - Pemimpin pro-demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi melakukan kunjungan pertamanya ke Amerika Serikat dalam empat dekade ini. Ia mendesak Washington untuk mulai mencabut sanksi ekonomi yang tersisa, yang disebutnya membantu menekan pemerintah otoriter  untuk memungkinkan kebebasan jauh lebih besar.

"Saya pikir kami harus mulai untuk mengambil tanggung jawab atas nasib kami sendiri," kata Suu Kyi saat berpidato di Institute of Peace setelah dia bertemu Menteri Luar Negeri Hillary Rodham Clinton di kantor Departemen Luar Negeri. "Kita seharusnya tidak bergantung pada sanksi AS untuk menjaga momentum bagi demokrasi."

Clinton dengan hangat memperkenalkan dan memeluk Suu Kyi sebelum pidato. Wanita yang menghabiskan belasan tahun hidupnya di penjara junta militer ini akan berada di AS selama 17 hari.

Suu Kyi sebelumnya mendesak pemerintahan Obama untuk menunggu tanda-tanda bahwa penguasa baru Myanmar, yang juga dikenal sebagai Burma, sepenuhnya berkomitmen untuk melakukan reformasi demokratis. Gedung Putih, yang telah memungkinkan perusahaan-perusahaan AS untuk melanjutkan investasinya di Myanmar, kini menimbang apakah akan mencabut larangan impor.

"Kami belum pada akhir dari perjuangan kami," katanya. "Tapi ada harapan yang lebih baik. Kami telah melewati rintangan pertama. Ada banyak rintangan lain untuk disingkirkan."

Dia memuji pemerintah Myanmar untuk melepaskan beberapa ratus tahanan pekan ini, termasuk 90 orang tahanan politik. "Kami menghitung, sekitar 200 tahanan politik masih dipenjara," katanya. "Semua harus dibebaskan."

Dia mengatakan negaranya merupakan salah satu negara termiskin di Asia dan membutuhkan "bantuan praktis" dari AS. "Kami membutuhkan bantuan besar dalam pendidikan, kesehatan, dan dengan membangun lembaga-lembaga demokrasi," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam pengantarnya, Clinton mengulangi keprihatinan AS mengenai nasib para tahanan politik di negara itu dan kekerasan terhadap kelompok etnis. "Proses reformasi harus terus berjalan," katanya.

Suu Kyi akan pergi ke Capitol Hill untuk menerima Medali Emas Kongres, yang diterimanya secara in absentia pada tahun 2008, ketika dia masih di bawah tahanan rumah. Ia juga diharapkan untuk mengunjungi Gedung Putih.

Minggu depan, Presiden Myanmar Thein Sein juga dijadwalkan bertemu dengan Clinton setelah ia tiba di New York untuk acara tahunan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Thein Sein mulai melakukan reformasi di negaranya, namun pendukung demokrasi masih belum pasti seberapa jauh ia akan melakukannya.

LOS ANGELES TIMES | TRIP B

Terpopuler
Begini Nasib Keluarga Pembuat Film Anti-Islam

Kubu Foke Bantah‘Haiya Ahok’Direncanakan

Kalla: Jadi Gubernur Jakarta Tak Susah-Susah Amat

Beri Masukan Jokowi, ProJakarta Undang Jusuf Kalla

Jokowi dan Foke Dituding Manipulasi Dana Kampanye

Pembocor Ijazah Palsu Paku Alam IX Segera Diusut

iPhone 5 Punya Keyboard Laser?


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

29 Januari 2021

Pendukung Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memegang foto konselor Myanmar Aung San Suu Kyi ketika menunggu hasil penghitungan suara pemilu Myanmar di markas partai di Yangon, Myanmar, 8 November 2020.[REUTERS]
Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi


Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

10 Februari 2018

Ke-10 pria Rohingya yang ditangkap sebelum dibantai warga Buddha dan tentara Myanmar di Inn Din, Rakhine, Myanmar, 2 September 2017. Di antara 10 pria Rohingya tersebut merupakan nelayan, penjaga toko, seorang guru agama Islam dan dua remaja pelajar sekolah menengah atas berusia belasan tahun. Laporan pembantaian ini ditulis oleh dua wartawan yang kini diadili pemerintah pimpinan Aung San Suu Kyi. REUTERS
Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.


Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

27 September 2017

Seorang bocah Rohingya menangis di tengah antreatn saat berdesakan untuk mendapatkan bantuan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 25 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.


Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

26 September 2017

Suasana antrean pengungsi Rohingya untuk mendapatkan bantuan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 25 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.


Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

26 September 2017

Seorang anak pengungsi muslim Rohingya digendong ibunya saat berdesak-desakan untuk mendapatkan bantuan makanan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 21 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.


Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

25 September 2017

Sidang perdana tim pencari fakta PBB untuk Rohingya di Jenewa, 19 September 2017. Yuyun Wahyuningrum
Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.


Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

23 September 2017

Petugas mendata pengungsi Rohingya sebelum membagikan paket bantuan dari Indonesia di kamp pengungsian Thaingkali, Ukhiya, Bangladesh, 21 September 2017.  Bantuan kemanusiaan dari Indonesia telah sampai di Bangladesh dalam 8 kali pengiriman dengan pesawat
Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.


Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

6 September 2017

Penduduk desa Hindu berteduh di sebuah kuil di Myoma Ward Myhum Town, Myanmar. Hindu Youth Relief Group
Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.


Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

5 September 2017

Pesawat Myanmar yang hilang. Facebook/Commander in Chief Office
Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.


Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

27 Agustus 2017

Sejumlah warga negara Amerika Serikat mengikuti parade ASEAN di Silang Monas, 27 Agustus 2017. TEMPO/Maria Fransisca
Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.