TEMPO.CO, Washington - Pemimpin pro-demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi melakukan kunjungan pertamanya ke Amerika Serikat dalam empat dekade ini. Ia mendesak Washington untuk mulai mencabut sanksi ekonomi yang tersisa, yang disebutnya membantu menekan pemerintah otoriter untuk memungkinkan kebebasan jauh lebih besar.
"Saya pikir kami harus mulai untuk mengambil tanggung jawab atas nasib kami sendiri," kata Suu Kyi saat berpidato di Institute of Peace setelah dia bertemu Menteri Luar Negeri Hillary Rodham Clinton di kantor Departemen Luar Negeri. "Kita seharusnya tidak bergantung pada sanksi AS untuk menjaga momentum bagi demokrasi."
Clinton dengan hangat memperkenalkan dan memeluk Suu Kyi sebelum pidato. Wanita yang menghabiskan belasan tahun hidupnya di penjara junta militer ini akan berada di AS selama 17 hari.
Suu Kyi sebelumnya mendesak pemerintahan Obama untuk menunggu tanda-tanda bahwa penguasa baru Myanmar, yang juga dikenal sebagai Burma, sepenuhnya berkomitmen untuk melakukan reformasi demokratis. Gedung Putih, yang telah memungkinkan perusahaan-perusahaan AS untuk melanjutkan investasinya di Myanmar, kini menimbang apakah akan mencabut larangan impor.
"Kami belum pada akhir dari perjuangan kami," katanya. "Tapi ada harapan yang lebih baik. Kami telah melewati rintangan pertama. Ada banyak rintangan lain untuk disingkirkan."
Dia memuji pemerintah Myanmar untuk melepaskan beberapa ratus tahanan pekan ini, termasuk 90 orang tahanan politik. "Kami menghitung, sekitar 200 tahanan politik masih dipenjara," katanya. "Semua harus dibebaskan."
Dia mengatakan negaranya merupakan salah satu negara termiskin di Asia dan membutuhkan "bantuan praktis" dari AS. "Kami membutuhkan bantuan besar dalam pendidikan, kesehatan, dan dengan membangun lembaga-lembaga demokrasi," katanya.
Dalam pengantarnya, Clinton mengulangi keprihatinan AS mengenai nasib para tahanan politik di negara itu dan kekerasan terhadap kelompok etnis. "Proses reformasi harus terus berjalan," katanya.
Suu Kyi akan pergi ke Capitol Hill untuk menerima Medali Emas Kongres, yang diterimanya secara in absentia pada tahun 2008, ketika dia masih di bawah tahanan rumah. Ia juga diharapkan untuk mengunjungi Gedung Putih.
Minggu depan, Presiden Myanmar Thein Sein juga dijadwalkan bertemu dengan Clinton setelah ia tiba di New York untuk acara tahunan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Thein Sein mulai melakukan reformasi di negaranya, namun pendukung demokrasi masih belum pasti seberapa jauh ia akan melakukannya.
LOS ANGELES TIMES | TRIP B
Terpopuler
Begini Nasib Keluarga Pembuat Film Anti-Islam
Kubu Foke Bantah‘Haiya Ahok’Direncanakan
Kalla: Jadi Gubernur Jakarta Tak Susah-Susah Amat
Beri Masukan Jokowi, ProJakarta Undang Jusuf Kalla
Jokowi dan Foke Dituding Manipulasi Dana Kampanye
Pembocor Ijazah Palsu Paku Alam IX Segera Diusut
iPhone 5 Punya Keyboard Laser?