TEMPO.CO, Yangon - Myanmar membebaskan kurang-lebih 500 tahanan, Senin, 17 September 2012, termasuk sedikitnya 80 tahanan politik dan warga asing. Pemerintah tak menyebutkan nama-nama para tahanan yang dibebaskan, tetapi pembebasan ini, menurut para aktivis, dapat memperkuat kemungkinan bekas negeri junta militer ini memperoleh bantuan Amerika Serikat.
Pengumuman pembebasan terhadap para tahanan melalui media televisi ini tak menjelaskan apakah 514 narapidana tersebut merupakan tahanan politik semua atau bukan. Namun, dua kelompok aktivis yang memonitor mereka di tahanan di Myanmar mengatakan bahwa lebih dari 80 tahanan politik mendapatkan pengampunan presiden.
Bo Kyi, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengawasan Tahahan Politik (AAPP) yang berbasis di Thailand, Selasa, 18 September 2012, mengatakan kelompoknya sejauh ini menemukan 88 tahanan politik, bahkan mungkin lebih, telah dibebaskan. Ba Myo Thein dari Kelompok Pembebasan Tahanan Politik, Selasa, mengatakan 84 pembangkang termasuk di antaranya 24 pendeta Budha dibebaskan setelah mendapatkan pengampunan pemerintah.
Pembebasan para tahanan politik ini bertepatan dengan rencana kunjungan Thein Sein, presiden reformis Myanmar, ke Amerika Serikat. Beberapa pejabat Kementerian Luar Negeri AS akan bertemu dengan bekas pemimpin junta militer di sela-sela Sidang Umum PBB, pekan depan.
Tahun lalu, pemerintah Myanmar telah membebaskan 600 tahanan politik sebagai bagian dari reformasi di negaranya. Para tahanan yang dibebaskan termasuk di antaranya yang menentang pemerintah.
"Kami optimistis bahwa (pembebasan) ini merupakan tahanan politik yang tersisa," kata Naing Naing, anggota partai oposisi pimpinan Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
Nay Win, anggota NLD yang termasuk salah tahanan politik yang dibebaskan, mengatakan kepada kantor berita AFP, "Kehidupan kami dihancurkan, kendati kami masih hidup," katanya.
Dia mengatakan dirinya mendekam dalam kerangkeng besi selama tujuh tahun karena dituduh korupsi. Terdapat Dua warga asing, asal India dan Cina, di antara tahanan yang dibebaskan.
Presiden Sein, yang sedang mencari dukungan dunia untuk program reformasinya, akan memulai kunjungan ke Cina sebelum melanjutkan perjalanannya ke Amerika Serikat. Pada bagian lain, Aung San Suu Kyi telah memulai lawatannya ke Amerika Serikat sebagai kunjungan pertama kalinya dalam dua dekade terakhir. Selama kunjungan 18 hari, dia akan menghadiri acara penghargaan Congressional Gold Medal, sebuah penghargaan tertinggi sipil di Amerika Serikat, dan termasuk penghargaan lainnya.
REUTERS | BBC | CHOIRUL
Berita terpopuler lainnya:
Selingkuhan Rooney dan Balotelli Hamil
Di Hotel Ini, Pengguna Toilet Diintip Pejalan Kaki
Munarman Terjengkang Saat Demo Film Anti-Islam
Begini Nasib Keluarga Pembuat Film Anti-Islam
Iran Akan Kejar Pembuat Film Anti-Islam
Pria "Miskin" Ini Simpan Sepeti Emas di Rumahnya