TEMPO.CO, Tripoli - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, berjanji akan menemukan dan menghukum pelaku penyerangan terhadap gedung konsulat AS dan pembunuhan Dubes AS di Benghazi, Libya Timur, Selasa malam waktu setempat, 11 September 2012.
Konsulat Amerika ini diserang dengan senjata berat, yang menyebabkan gedung terbakar dan rusak parah. Akibat serbuan brutal tersebut, Duta Besar AS untuk Libya Christopher Stevens dan tiga stafnya tewas, berikut lima orang luka-luka.
Rusuh berdarah itu langsung dijawab Obama dengan mengirimkan dua kapal perusak ke pantai Libya. Beberapa pejabat AS membenarkan pengiriman itu kepada Al Jazeera. Menurutnya, AS mempersiapkan pengiriman satu unit pasukan khusus dari detasemen anti-teror korps marinir. "Pasukan itu untuk memperkuat pengamanan diplomat di sana," ujar mereka.
Detasemen Marines' Fleet Anti-Terrorism Security Team (FAST) merupakan pasukan khusus reaksi cepat yang dilatih untuk diterjunkan di luar negeri guna pengamanan staf pemerintahan.
Berbicara di Gedung Putih, Rabu pagi waktu setempat, 12 September 2012, Obama berjanji bahwa pengiriman pasukan ini tidak akan "melepas ikatan" antara AS dan Libya. Dia mengutuk serangan ke konsulat AS di Benghazi, Libya Timur, dengan menyebut sebagai sesuatu yang "keterlaluan dan mengejutkan." Obama juga memerintahkan peningkatan keamanan seluruh pos diplomatik AS di seluruh dunia.
"Tak ada kekerasan yang sanggup mengguncangkan Amerika Serikat," ujarnya, Rabu, menjelang keberangkatannya ke Las Vegas, Nevada, untuk kampanye Pilpres 2012. Obama melanjutkan, "Kami tidak akan terhalang, kami akan tetap maju sebab dunia membutuhkan kami. Kami salah satu kekuatan yang diperlukan di dunia ini."
Serangan di Benghazi dan Kairo, Mesir, dipicu oleh cuplikan video film produksi oleh Sam Bacile, seorang pengusaha properti Yahudi di California. Film tersebut dianggap melukai hati umat Islam karena menghina Nabi Muhammad.
Presiden sementara Libya Mohammed el-Megarif, sudah meminta maaf kepada AS, atas kejadian yang dia sebut sebagai "serangan pengecut". Beberapa penjaga keamanan Libya juga tewas dalam insiden itu.
Dia mengucapkan belasungkawa kepada Amerika Serikat dan berjanji membawa pelaku penyerangan ke pengadilan. "Kami meminta maaf kepada Amerika, rakyat Amerika, dan seluruh dunia," kata Megarif.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Berita Terpopuler:
Tewas Gara-gara Perbesar Penis dengan Silikon
Alasan Indonesia Terpilih Tuan Rumah Miss World
Meriah Halal Bihalal Jokowi di Kelapa Gading
Apa Beda iPhone 5 dengan Samsung Galaxy S III
KONI Minta PSSI Djohar Jangan Seperti Anak-anak