TEMPO.CO, Mogadishu - Anggota parlemen Somalia akan menggelar pemungutan suara pemilihan presiden di Akademi Kepolisian, Senin, 10 September 2012. Pemilihan ini merupakan tonggak sejarah bagi negara untuk mengakhiri kekerasan yang telah berlangsung selama beberapa dekade, korupsi, dan pertempuran antarkelompok.
Dalam pemilihan tersebut, lebih dari 25 calon memperebutkan kursi presiden, termasuk Presiden Sheikh Sharif Ahmed dan Perdana Menteri Abdiweli Mohamed Ali yang kini masih menjabat. Jika tak ada seorang pun calon yang memperoleh dua pertiga suara mayoritas di babak pertama atau kedua, pemilihan dilanjutkan ke putaran ketiga.
Pusat pemerintahan di Somalia berjalan tidak efektif sejak pecah kerusuhan pada 1991. Pemilihan, Senin, diharapkan bisa mengakhiri konflik yang telah menelan puluhan ribu jiwa dan ribuan lainnya mengungsi.
Beberapa calon presiden dan warga Somalia mengkritik proses pemilihan. Menurut mereka, pemerintahan baru mendatang tak jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya. Seorang sumber diplomat di Mogadishu mengatakan, jutaan dolar digunakan menyuap para anggota parlemen untuk memenangkan inkumben Presiden Sheikh Sharif Ahmed.
"Tujuh juta dolar diperkirakan berasal dari sumber-sumber di Teluk dan uang tersebut digunakan untuk mendukung Presiden Sharif agar terpilih kembali," kata sumber Al Jazeera yang menolak disebutkan namanya karena dianggap sensitif.
Sumber melanjutkan, uang sebesar itu berasal dari bunga bisnis pemerintahan Somalia di negara-negara Arab Teluk, beberapa di antaranya memiliki hubungan dengan para kepala suku dan yang ingin mempertahankan status quo. Kantor kepresidenan tidak bersedia berkomentar atas tuduhan tersebut, tetapi Presiden Ahmed pernah berkali-kali menolak tuduhan ada sesuatu yang salah dalam pemerintahannya.
AL JAZEERA | BBC | CHOIRUL
Terpopuler:
Wapres Irak Dijatuhi Hukuman Mati
Logam Seukuran Pintu Pesawat Jatuh di Washington
Siswa Miskin Cina Bawa Kursi dan Meja ke Sekolah
Korsel Lepaskan Balon Raksasa Anti-Pyongyang
India-Pakistan Akhiri Pembatasan Visa