TEMPO.CO, Jerusalem - Seorang mantan pejabat Israel tahun 1990-an pada hari Rabu membantah kecurigaan bahwa Israel meracuni pemimpin Palestina Yasser Arafat. Ia mengungkapkan hal itu saat Prancis mengumumkan akan memulai investigasi terhadap kasus pembunuhan yang mungkin terjadi menyusul klaim sebuah laboratorium Swiss yang menemukan jejak zat mematikan dalam barang-barang pribadi mendingan pemimpin PLO itu.
Moshe Yaalon, wakil perdana menteri yang adalah kepala staf angkatan bersenjata ketika Arafat meninggal, membantah keterlibatan Israel dalam sebuah wawancara Radio Angkatan Darat. "Kedengarannya seperti dongeng Arab Seribu Satu Malam," kata Yaalon.
Dov Weisglass, kepala staf kantor perdana menteri pada saat kematian Arafat pada 2004, juga mengatakan Israel tidak punya alasan untuk "mematikan" pemimpin Palestina itu. Selama dua tahun terakhir kehidupan Arafat, Israel membatasi dia di markasnya di kota Ramallah, Tepi Barat, atas tudingan mendorong pemberontakan Palestina pada saat itu.
"Israel tidak memiliki tangan dalam hal ini," kata Weisglass. Bahkan, ketika mereka memanggil Arafat "salah satu dari musuh-musuh Israel terburuk" pun, Israel tak menargetkannya. "Kami tidak melukai secara fisik ketika Arafat berada di masa jayanya, apalagi ketika ia absen secara politis," katanya.
Weisglass mengatakan bahwa ia dan seorang pejabat Israel sedang makan di Brussels dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Javier Solana, ketika ponsel diplomat berdering menyatakan Perdana Menteri Palestina saat itu, Ahmed Qureia, mengatakan bahwa Arafat membutuhkan perhatian medis segera di rumah sakit Ramallah. Weisglass mengatakan ia menelepon Sharon di rumahnya dan mengajukan permintaan agar dia diterbangkan ke Prancis untuk mendapatkan pengobatan.
Weisglass menyatakan Sharon berkonsultasi dengan para pejabat intelijen, yang percaya Arafat hanya menderita komplikasi yang berkaitan dengan flu. Tapi informan Palestina di Ramallah mengatakan umur Arafat tinggal menghitung hari.
"Sharon segera mengizinkan Arafat untuk mencari perawatan medis di Prancis sehingga Israel tidak bisa dituduh memperburuk penyakitnya," kata Weisglass.
Arafat, 75 tahun, meninggal sekitar dua minggu kemudian pada 11 November 2004, di sebuah rumah sakit militer di luar Paris. Dokter menyatakan stroke menyebabkan kematiannya.
FOX NEWS | TRIP B
Terpopuler
Sipilis Jangkiti Para Aktor Film Porno AS
SBY Pidato, Anak-Anak Tidur
Kelompok Jhon Kei dan Hercules Bentrok Soal Lahan
Biaya Hidup Putin Rp 20 Triliun per Tahun
Carrefour Cabut dari Singapura Tahun ini
Gulingkan Presidennya, Wanita Togo Mogok Seks