TEMPO.CO, Damaskus--Kelompok pemberontak Suriah telah mengajukan pemberlakuan zona larangan terbang di seluruh Suriah dan tempat yang aman oleh penjagaan pasukan asing di dekat perbatasan Jordania dan Turki.
Abdel Basset Sida, Kepala Dewan Nasional Suriah, menjelaskan, selama ini pergerakan kelompok pemberontak mengalami hambatan untuk melawan kekuatan pasukan angkatan udara Presiden Bashar al Assad. Serangan udara pasukan Assad juga telah mengakibatkan korban terus berjatuhan dan bangunan rusak parah.
"Ada sejumlah kawasan yang dibebaskan, tetapi masalahnya adalah pesawat tempur, ditambah berondongan senjata artileri, yang mengakibatkan kematian, kerusakan," kata Sida kepada Reuters Ahad, 12 Agustus 2012.
Sida menambahkan, pembentukan kawasan-kawasan yang aman di perbatasan antara Jordania dan Turki merupakan hal penting untuk memastikan penguasa bahwa kekuasaannya tergerus sedikit demi sedikit.
Menurut Sida, ia telah membicarakan hal itu sehari setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton menyatakan Amerika dan Turki akan mempelajari kemungkinan pengambilan langkah-langkah untuk membantu musuh Assad tersebut termasuk penerapan zona larangan terbang. Meski begitu, Clinton belum memberikan indikasi tentang keputusan yang perlu diambil segera.
Pemberlakuan zona larangan perang pernah diterapkan oleh NATO dan sekutu-sekutu Arab untuk membantu pemberontak Libya menggulingkan pemimpin Libya, Muammar Qadhafi pada tahun lalu. Sayangnya, tidak banyak negara Barat yang berhasrat untuk mengulangi kembali aksi tersebut di Suriah. Penolakan juga datang dari Rusia dan Cina yang berkukuh menentang intervensi seperti itu di Suriah.
Ketua Badan Bantuan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa Bangsa Valerie Amos akan terbang ke Suriah hari ini untuk membahas meningkatnya bantuan darurat kepada penduduk sipil akibat terjebak oleh konflik. Amos juga dijadwalkan akan mengunjungi warga Suriah yang menyelamatkan diri ke Libanon.
Situasi kemanusiaan di Suriah semakin memburuk minggu-minggu terakhir ini. “Dua juta orang saat ini terkena dampak krisis dan lebih dari satu orang telah mengungsi,” ujar PBB dalam pernyataannya kemarin. Jumlah pengungsi Suriah mendekati angka 150 ribu yang terdaftar di Irak, Yordania, Libanon dan Turki sejak konflik merebak 17 bulan lalu.
AL JAZEERA I REUTERS I MARIA RITA
Berita lain:
Seks di Kampung Atlet Olimpiade
Wanita Ini Tikam Calon Suami di Hari Pernikahan
5 Alasan Kenapa Mitt Romney Pilih Paul Ryan
Gempa Iran, 300 Orang Meninggal, 5000 Terluka
Di Meksiko, 7 Anggota Keluarga Tewas Dibantai
Sejumlah Helikoper Militer Uganda Hilang di Kenya