TEMPO.CO, Amman - Riyad Farid Hijab, bekas Perdana Menteri Suriah, mengaku sengaja membelot dari rezim Presiden Bashar al-Assad melalui jalur Qatar demi "revolusi yang barokah" sebagai seorang "serdadu".
Pengumuman pembelotan Hijab disampaikan melalui juru bicaranya, Muhammad el-Etri, Senin, 6 Agustus 2012, usai siaran televisi pemerintah yang menyebutkan Hijab telah dipecat sebagai perdana menteri. "Selanjutnya beliau bergabung dengan kelompok oposisi," ujar el-Etri.
Bekas perdana menteri ini tiba di Yordania setelah diselundupkan untuk bisa memasuki perbatasan negeri tetangga. Berita mengenai pembelotan Hijab dibenarkan otoritas Yordania kepada Al Jazeera, Senin, 6 Agustus 2012.
"Saya umumkan hari ini mengenai pembelotan saya dari pembunuhan dan rezim teroris. Pada kesempatan ini saya sampaikan juga bahwa saya telah bergabung dengan jajaran kaum revolusi yang bermartabat. Mulai hari ini saya adalah seorang serdadu di dalam revolusi yang penuh berkah," kata Hijab dalam sebuah pernyataan yang dibacakan atas nama juru bicara Muhammad el-Etri.
Etri menolak keterangan yang menyebutkan bahwa Hijab dipecat dari jabatannya. Etri mengatakan pemerintah telah membuat kesalahan atas pengumuman tentang dirinya.
Menurut dia, pengumuman itu disampaikan usai dia melarikan diri. Etri mengatakan keputusan membelot itu sudah direncanakan selama beberapa bulan dan dilaksanakan bersamaan dengan terbentuknya Angkatan Bersenjata Pembebasan Suriah. Pembelotan bekas perdana menteri ini, kata Etri, didorong oleh kian banyaknya pejabat Suriah yang membelot.
Hijab meninggalkan Yordania, kemudian pergi ke Qatar selama beberapa hari untuk menemui sejumlah pembelot di sana. "Hijab akan ke Doha, tempat sejumlah media internasional berada. Beliau akan meninggalkan Qatar besok, sehari atau beberapa hari di sana," kata Etri di ibu kota Yordania, Amman.
"Kami baru saja berkoordinasi mengenai fasilitas kedatangan Hijab di Doha dalam beberapa jam lagi. Kemungkinan beliau tiba pukul 22.00 GMT. Tujuh anggota keluarganya akan tinggal di Yordania," katanya kepada kantor berita AFP.
"Kami mengerti ini masalah sensitif bagi Yordania. Kami tidak ingin menciptakan masalah bagi Kerajaan yang siap menanggung risiko ketegangan hubungan dengan rezim Suriah," ujarnya tanpa bersedia disebutkan namanya.
Presiden Bashar al-Assad menunjuk Hijab, seorang bekas menteri pertanian, pada 23 Juni 2012 menyusul hasil pemilihan parlemen pada Mei 2012. Etri mengkalim bekas perdana menteri ini tidak mempunyai pilihan ketika dia diminta menduduki jabatan tersebut.
Pembelotan Hijab telah direncanakan selama dua bulan. Dia diberikan dua opsi, yaitu tetap menjabat sebagai perdana menteri atau dibunuh. "Dia memilih opsi ketiga, yakni membelot," katanya kepada Al Jazeera.
Dalam siarannya, Senin, 6 Agustus 2012, televisi pemerintah mengumumkan Omar Ghaliwanji, Wakil Perdana Menteri Suriah, diminta mengendalikan sementara roda pemerintahan. Hijab merupakan salah satu pentolan di Partai Baath sejak 1998 dan ditunjuk sebagai Kepala Gubernuran Latakia ketika demontrasi antipemerintah marak tahun lalu.
AL JAZEERA | CHOIRUL