TEMPO.CO, Pyongyang - Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan Korea Utara telah meminta bantuan pangan segera setelah bencana banjir bulan lalu. Para pejabat PBB di Pyongyang mengatakan kebutuhan bantuan sangat mendesak setelah mengunjungi daerah yang dilanda banjir untuk menilai kerusakan yang terjadi.
Media resmi pemerintah Korea Utara mengatakan bahwa setidaknya 119 orang tewas dan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal akibat banjir yang terjadi setelah kekeringan panjang. Kerusakan infrastruktur dan lahan pertanian telah mempengaruhi pasokan pangan yang sebelumnya sudah berada di lampu merah.
Daerah yang paling parah terkena dampak banjir adalah Kota Anju dan Songchon di Provinsi Phyongan Selatan dan Chonnae di Provinsi Kangwon. Warga di daerah ini sangat membutuhkan bahan makanan, serta air bersih, karena sumur telah terkontaminasi oleh air limbah selama banjir.
Seorang juru bicara PBB di New York menegaskan bahwa pemerintah Korea Utara telah meminta PBB untuk melepaskan persediaan darurat seperti makanan dan bahan bakar. Beberapa kelompok bantuan internasional telah mulai mengumpulkan sumbangan. Pada hari Kamis, Palang Merah mengatakan akan mengalokasikan lebih dari US$ 300 ribu untuk korban banjir Korea Utara.
Gambar terbaru dari Anju yang diambil oleh kantor berita KCNA menunjukkan rumah-rumah masih terendam di bawah air. Lahan pertanian juga terendam dan banyak warga berlindung di lantai atas bangunan tempat mereka tinggal.
Korea Utara pernah mengalami kelaparan pada pertengahan 1990-an dan diyakini telah menewaskan ratusan ribu orang. Sebuah laporan PBB yang dikeluarkan bulan lalu memperkirakan bahwa dua pertiga dari populasi Korea Utara menderita kekurangan pangan.
BBC | TRIP B
Terpopuler:
Panwaslu Miliki Video Rhoma Irama Ceramah SARA
Didiskualifikasi, Atlet Bulu Tangkis Ini Pensiun
Rhoma Irama Terancam Penjara 3 Bulan
Jokowi-Ahok ''Dekat'' dengan Rhoma Irama
6 Skandal Terburuk dalam Sejarah Olimpiade
Whistleblower Simulator SIM Pernah Dipukuli Polisi