TEMPO.CO, Amman - Para serdadu Suriah membunuh sedikitnya 35 orang, Rabu, 1 Agustus 2012, waktu setempat. Hampir semua korban adalah warga sipil tak bersenjata. Bentrok terjadi ketika loyalis Presiden Bashar al-Assad menyerbu daerah pinggiran Damaskus. Demikian keterangan warga dan aktivis organisasi perlawanan kepada Reuters, Kamis, 2 Agustus 2012.
"Tank dan militer meninggalkan kawasan ini sekitar pukul 16.00 waktu setempat. Ketika jalan-jalan sudah bersih, kami menemukan sedikitnya 35 mayat," kata seorang warga, yang menyebut namanya sebagai Fares, melalui telepon dari Jdeidet Artouz, kawasan di selatan Damaskus.
"Hampir seluruh korban dieksekusi dengan peluru tajam di bagian muka, kepala, dan leher di rumah, di taman, dan di lantai dasar gedung," tambahnya seraya menyebutkan bahwa pelaku pembunuhan tersebut adalah pasukan loyalis Presiden Bashar al-Assad terhadap orang-orang yang dituduh melawan pemerintah.
Televisi pemerintah Suriah melaporkan, puluhan teroris dan tentara bayaran menyerah atau dibunuh ketika pasukan pemerintah menguasai Jdeidet Artouz dan di sekitar daerah pertanian.
"Kami melancarkan serangan ke daerah pertanian dan kami bangga terhadap pasukan bersenjata yang memenangkan pertempuran tersebut," kata seorang pejabat militer tanpa menyebutkan namanya. Ia menambahkan, "Pasukan berhasil menyita bom, bahan peledak, senapan, dan seragam."
Fares yang tak bersedia menyebutkan nama belakangnya karena takut mendapatkan ganjaran dari militer mengatakan, tentara penyerbu berasal dari Divisi IV, sebuah unit kawal elit di bawah komando langsung saudara al-Assad, yakni Maher. "Mereka memeriksa tanda pengenal saya lalu pergi. Mereka nampak mencari aktivis atau pria muda dengan siap tembak," ujarnya.
Dia katakan, mayat-mayat itu dikumpulkan di Masjid Omar bin al-Khattab dan dimakamkan di tempat pemakaman umum oleh para relawan yang tinggal dekat pemilik lahan pertanian. "Masih banyak yang tergeletak di daerah al-Sahl tetapi kami tak bisa mendekatinya karena diblokade tentara," katanya.
Warga lain di daerah pinggiran mengatakan, jumlah korban tewas setidaknya 50 orang. Rami Abdelrahman, Pimpinan Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di London, mengatakan 26 dari 35 mayat ditemukan di Jdeidet Artouz. "Setelah diidentifikasi, para korban adalah penduduk sipil."
REUTERS | CHOIRUL
Berita Terpopuler:
BWF Diskualifikasi Delapan Atlet Badminton
Polisi Langgar Wewenang KPK
Perselingkuhan, Pejabat Semarang Pukul Wartawan
"Bayi Besar" Bermunculan di Amerika
Satu Jenderal Polisi Lagi Jadi Tersangka
Gubernur Tersangka, Agenda Akpol Berantakan
Panwaslu Miliki Video Rhoma Irama Ceramah SARA
Djoko Susilo Ancam Perkarakan KPK
Didiskualifikasi, Atlet Bulu Tangkis Ini Pensiun
Ahok Yakin Foke Tidak Embuskan Isu SARA