TEMPO.CO, Damaskus-- Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta mengatakan perang di Kota Aleppo, Suriah, akan menjadi kunci kejatuhan rezim pemerintah Bashar al-Assad. Ia menilai krisis Suriah semakin buruk dan Presiden Assad mempercepat kematiannya sendiri.
Panetta, yang tengah melakukan kunjungan lima hari ke Tunisia, Mesir, Israel, dan Yordania, mengatakan warga Suriah tak lagi menginginkan Assad. "Apa yang dilakukan Assad terhadap rakyatnya sendiri menjelaskan bahwa rezimnya akan berakhir. Pemerintahannya telah kehilangan seluruh legitimasi. Pertanyaannya, bukan lagi apakah ia akan berakhir, melainkan kapan," katanya.
Pertempuran terus berkecamuk di Aleppo hingga kemarin. Pengawas hak asasi manusia Suriah mendeskripsikan situasi di Aleppo sebagai "perang jalanan skala tertinggi". Bentrokan bersenjata dilaporkan terjadi di sekitar Salah al-Din dan Hamdanieh, di dekat pusat kota.
Pasukan pemerintah dan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) saling mengklaim telah mencatat kemenangan. Tentara pemerintah menyebut mereka telah merebut kembali distrik Salah al-Din. “Tentara Suriah telah menguasai distrik itu dan terus menyerang,” tulis mereka.
Klaim ini dibantah pemimpin FSA di distrik tersebut, Kolonel Abdel Jabbar al-Oqaidi. Ia menyebutkan tentara pemerintah tak mampu maju semeter pun. Ia berjanji menjadikan Aleppo sebagai kuburan bagi tank-tank pemerintah.
“Kami melancarkan serangan sepanjang malam dan kami menghancurkan empat tank,” katanya. Jabbar mengklaim FSA menguasai 30-40 persen Aleppo, terutama di sekitar Sakhour.
Perang yang berkecamuk semakin mengkhawatirkan. Kepala urusan kemanusiaan PBB, Valerie Amos, mengatakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Arab Suriah memperkirakan 200 ribu orang telah meninggalkan Aleppo dan wilayah-wilayah di sekitarnya dalam dua hari terakhir. Selain itu, ribuan lain masih terperangkap di dalam kota berpenduduk 3 juta jiwa tersebut.
"Tidak diketahui berapa orang yang masih terperangkap di lokasi-lokasi pertempuran yang masih berlanjut hari ini," kata dia. "Saya menyeru semua pihak yang terlibat pertempuran untuk memastikan mereka tidak menyerang warga sipil dan mereka akan mengizinkan organisasi-organisasi kemanusiaan memasuki wilayah itu dengan aman.”
Adapun Prancis, yang mengambil alih putaran kepemimpinan Dewan Keamanan PBB, Agustus nanti, mengundang pertemuan darurat tingkat menteri mengenai Suriah. Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, mengatakan rapat tersebut segera diadakan guna menghentikan pembantaian yang dilakukan Assad di Suriah. Ia mengatakan Prancis akan berusaha meski Rusia dan Cina telah memblokir resolusi terhadap Suriah pada tiga kesempatan.
Ia memperingatkan bahwa konflik itu bisa saja menyebar ke negara-negara tetangganya. “Kini rakyat Suriah sedang mati syahid dan para algojo menyeru Bashar al-Assad," kata Fabius.
REUTERS | AL-JAZEERA | BBC | RAJU FEBRIAN
Berita lain:
Iran Imbau Rakyatnya ''Produksi'' Anak
Jusuf Kalla: PMI Akan Bantu Muslim Rohingya
Prioritas Utama Romney: ''Bungkam'' Nulir Iran
Israel Menembak Mati Warga Palestina