TEMPO.CO, Accra - Presiden baru Ghana, John Dramani Mahama, berjanji akan membawa stabilitas Ghana, menyusul meninggalnya Presiden John Atta Mills di Ibu Kota Accra, Selasa, 24 Juli 2012.
Mahama, 53 tahun, diambil sumpahnya sebagai presiden beberapa jam setelah Presiden Ghana berusia 68 tahun itu meninggal di rumah sakit di Kota Accra karena sakit mendadak.
Baca Juga:
Penggantian presiden ini mendapatkan tanggapan dari kelompok oposisi. Mereka mengatakan percepatan penggantian ke Mahama menunjukkan bahwa Ghana adalah sebuah negara demokrasi yang matang.
Setelah diambil sumpahnya, Mahama langsung mengadakan pertemuan dengan anggota kabinet dan mengunjungi kediaman Atta Mills untuk menyampaikan belasungkawa. Atta Mills meninggal mendadak tanpa diketahui penyebabnya. Namun, ada kabar menyebutkan dia pernah dirawat di rumah sakit Amerika Serikat selama beberapa pekan sebelum kembali ke Ghana. Dia juga pernah menderita penyakit kanker tenggorokan pada 2009.
Mills berencana maju dalam pemilihan presiden untuk kedua kalinya pada Desember mendatang, namun ajal keburu menjemput pemimpin yang disanjung Presiden Obama sebagai "pembawa demokrasi di Afrika" itu.
Wartawan BBC di Accra, Sammy Darko, mengatakan Mahama akan menjabat sebagai presiden hingga penyelenggaraan pemilu. Namun tak jelas apakah dia akan maju dalam pemilihan tersebut sebagai calon dari Partai Kongres Demokratik Nasional (NDC), yang kini sedang memerintah.
Pada sidang darurat di parlemen, Mahama mengatakan dirinya akan memerintah Ghana untuk seluruh rakyat. "Saya berharap seluruh lapisan rakyat Ghana baik-baik saja," ujarnya. "Kami akan terus melanjutkan perdamaian, persatuan, dan stabilitas Ghana."
Wartawan BBC melaporkan, Mahama menetapkan hari berkabung nasional selama satu minggu untuk menghormati kematian Mills. Pengumuman ini disambut baik oleh pemimpin kelompok oposisi Partai Patriotik Baru (NNP) yang juga mencalonkan diri pada pemilu presiden mendatang, Nana Akufo-Addo.
Atta Mills meninggal beberapa jam setelah menderita sakit. Tidak ada keterangan detail yang diberikan oleh pejabat berwenang mengenai penyebab kematian Mills. Menurut seorang pembantu presiden yang tak bersedia disebutkan namanya, pemimpin Ghana ini mengeluh sakit, Senin petang waktu setempat, 23 Juli 2012, dan kondisinya memburuk. Belum lama ini, Mills kembali ke Ghana dari Amerika Serikat untuk cek kesehatan.
Bekas pemimpin militer Jerry Rawlings--yang mendukung Atta Mills menjadi presiden sebelum keduanya pecah kongsi--mengatakan dia meninggal akibat kanker akut. "Dia tak sanggup bertahan selama tiga jam per hari," kata Rawlings kepada BBC Program Afrika.
Elizabeth Ohene, seorang jurnalis dan bekas menteri, mengatakan, "Selama tiga atau empat tahun terakhir ini, berkembang rumor bahwa Mills tidak sehat dan akan meninggal. Rumor ini dijawab Mills dengan muncul ke publik seraya mengatakan bahwa dirinya dalam kondisi baik."
Presiden Amerika Serikat juga turut berbelasungkawa atas meninggalnya Mills. Obama menyebut Mills sebagai "orang kuat pembela hak asasi manusia dan seluruh rakyat Ghana".
Atta Mills pernah menjadi Wakil Presiden Rawlings pada 1997 hingga 2001. Setelah itu, dia terpilih menjadi presiden mengalahkan saingannya, Akufo-Addo, dalam pemilu presiden Desember 2008. Pendahulunya, John Kufuor, turun dari jabatan setelah menjabat dua kali sesuai dengan ketentuan. Di bawah kepemimpinan Atta Mills, Ghana berhasil bergabung dengan negara-negara di dunia sebagai penghasil minyak berskala besar.
BBC | CHOIRUL