TEMPO.CO, Kairo - Muncul sejumlah pertanyaan atas terpilihnya Hisham Kandil sebagai Perdana Menteri Mesir. Selasa, 24 Juli 2012, Presiden Mesir Mohamed Mursi menunjuk mantan Menteri Irigasi dan Sumber Air itu sebagai pemegang pucuk pemerintahan utama.
Sebenarnya, Kandil sudah bertemu Mursi sejak Sabtu pekan lalu. Namun banyak orang yang meragukan dia akan ditawari posisi perdana menteri sebab pria 50 tahun itu dianggap terlalu muda dan minim pengalaman.
Akan tetapi, peraih gelar PhD dari Universitas North Carolina itu ternyata berhasil memenuhi selera Mursi dan juga partai pendukungnya, Partai Keadilan dan Kebebasan. Kandil mengaku dia adalah pria yang saleh dan tidak pernah bergabung dengan kelompok Islam mana pun.
Meskipun punya latar belakang seperti itu, banyak yang meragukan kemampuannya. "Banyak orang berharap, perdana menteri baru memiliki pemahaman kebijakan ekonomi atau memiliki rekam jejak yang terbukti sebagai seorang teknokrat," ujar aktivis liberal, Mahmud Salem.
Pemimpin Partai Keadilan dan Kebebasan atau Ikhwanul Muslimin, Saad Emara, mengatakan tidak adil kalau hanya melihat sekilas kemampuan Kandil. "Negara ini masih cukup lemah dan perlu kesatuan dari semua orang. Kita perlu satu tangan," ujar dia.
Menurut Profesor Ilmu Politik dari Universitas Kairo, Mustapha Kamal Al-Sayidd, Mursi tak ingin orang yang lebih kuat duduk di posisi perdana menteri. "Ikhwanul Muslimin tidak ingin seseorang yang melawan mereka ketika itu bertautan antara agama dan politik," ujar dia.
Juru bicara Mursi, Yasser Ali, menyebut sosok Kandil sebagai orang yang patriotik dan independen. Menurut dia, Kandil adalah orang yang mampu menangani situasi terkini di Negeri Piramida itu dengan efisien dan efektif.
SFGATE|AHRAM|WASHINGTONPOST|DIANING SARI
Berita lain:
Mohamed Mursi Jadi Presiden Mesir
Mursi Serukan Persatuan Nasional di Mesir
Presiden Mesir: Saya Tak Takut kepada Siapa pun