TEMPO.CO , Washington: Rita Yolanda Paulina Silalahi, Warga Negara Indonesia yang menjadi korban penembakan pada pemutaran perdana film "The Dark Night Rises" di Colorado menyebutkan, penembakan itu merupakan akibat dari mudahnya warga memiliki senjata api.
Menurut dia, semestinya pihak berwenang membatasi akses bagi warga untuk memiliki senjata. "Harusnya memang izin kepemilikan senjata api dibatasi," katanya saat dihubungi Tempo, Ahad, 22 Juli 2012. "Inilah akibatnya."
Rita menjadi korban penembakan brutal oleh James Eagan Holmes, saat pemutaran perdana film "The Dark Night Rises" di bioskop The Century 16 di Aurora, Denver, Colorado pada Jumat lalu. Akibat penembakan itu, lengan dan kakinya terkena luka tembak. Selain korban luka, teror itu juga merenggut 12 nyawa penonton lainnya.
Rita mengatakan tragedi tersebut bukanlah kejadian pertama di wilayahnya. Menurut dia, di Colorado memang ada orang yang "gemar" membunuh yang lainnya. "Ada orang-orang "sakit" berkeliaran, yang senang menembaki orang lain," ujar dia.
Atas kejadian tersebut, perempuan berusia 45 tahun ini menyerahkan sepenuhnya permasalahan hukum itu kepada pihak berwenang. "Saya tidak terlalu tahu. Tapi saya percaya di Amerika itu kan sistem hukumnya jelas dan tegas," jelasnya
Rita merupakan salah satu dari 58 korban luka akibat penembakan brutal Holmes, mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Colorado yang sedang mengurus prosedur drop out-nya pada Juni lalu. Ketika melakukan aksinya, Holmes mengenakan masker gas dan membawa tiga senjata api.
Usai ditangkap, pria berusia 24 tahun itu menyebut dirinya sebagai The Joker, musuh Batman, pada polisi.
VICTORIA SIDJABAT | NUR ALFIYAH
Terpopuler:
Sembilan Penembakan Paling Brutal di Amerika
'Penembak Batman' Mirip dengan Aktor Heath Ledger
Data Korban Teror Batman di Indonesia, Belum Ada
WNI Korban Penembakan Batman Dioperasi
'Penembak Batman' Diduga Sudah Rencanakan Aksinya
Debat Kepemilikan Senjata Muncul Lagi