TEMPO.CO, Jakarta -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan agar tindak kekerasan, apalagi pertempuran sesegera mungkin dihentikan di Suriah. "Sebagaimana umat Islam di belahan dunia lainnya, saudara-saudara Muslim kita di Suriah tentunya juga sangat mendambakan dan berdoa bagi perdamaian dan ketenangan di tanah airnya dalam menjalankan kewajiban ibadahnya selama Ramadhan," kata dia, dalam keterangan persnya di Istana Negara, Kamis 19 Juli 2012.
Saat ini, kata dia, situasi di Suriah sudah berada pada titik sangat genting. "Langkah-langkah nyata harus diambil baik Suriah sendiri sebagai bangsa, maupun oleh komunitas Internasional," kata dia.
SBY menyampaikan tiga usulan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki-moon untuk negeri yang beberapa pekan lalu menyatakan diri sedang dalam kondisi perang. "Pertama, dengan sangat segera dilakukan penghentian tindakan kekerasan, bahkan pertempuran," kata dia.
Indonesia pun sangat mengharapkan Dewan Keamanan PBB dapat segera bersepakat mengambil tindakan yang dibutuhkan. "Bila dengan mandat saat ini tidak cukup efektif untuk menghentikan semua bentuk kekerasan dan pertempuran, Indonesia berkeyakinan sudah saatnya untuk mempertimbangan transformasi misi utama PBB, dari memelihara perdamaian (peace-keeping) menjadi misi menciptakan perdamaian (peace-making)," kata dia.
Usulan ketiga, kata dia, agar penciptaan perdamaian diprioritaskan tanpa dikaitkan dengan tuntutan perubahan kekuasan politik. "Upaya penciptaan perdamaian tidak perlu dikaitkan dan tidak harus senantiasa dikaitkan dengan tuntutan perubahan kekuasaan politik atau keberlanjutan pemerintah yang saat ini sedang berkuasa," kata dia.
Besok Jumat 20 Juli, juga merupakan hari penting bagi keberlanjutan tim PBB di Suriah. Dalam draft resolusi yang ditawarkan Rusia, salah satu sekutu Suriah, mandat UNSMIS rencananya diperpanjang hingga tiga bulan mendatang.
ARYANI KRISTANTI