TEMPO.CO, Damaskus - Politikus senior Suriah, Nawaf Fares, yang membelot ke kelompok oposisi mengatakan kepada BBC, rezim Suriah tidak ragu-ragu bakal menggunakan senjata kimia jika merasa terpojok.
Nawaf Fares, bekas Duta Besar Suriah di Irak, tak menjelaskan apakah pemerintah Suriah sudah menggunakan senjata kimia untuk membungkam kelompok-kelompok perlawanan. Dia mengatakan, ledakan bom di berbagai tempat di Suriah sengaja disiapkan rezim bekerja sama dengan Al-Qaeda.
Di lain pihak, utusan khusus Liga Arab, Kofi Annan, telah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Suriah. Rusia yang merupakan sekutu terdekat Suriah sedang melakukan pertemuan bilateral besamaan dengan tekanan keras dunia internasional menyusul kekerasan berdarah sejak perlawanan terhadap pemerintah pada Maret tahun lalu dan menuntut Presiden Bashar al-Assad mundur.
Suriah dikenal memiliki cadangan besar senjata kimia. Kepemilikan senjata mematikan itu sangat mengkhawatirkan negara-negara tetangga dan pemerintah Barat. Ketika ditanyakan seputar kemungkinan Presiden Assad menggunakan kimia untuk memberangus oposisi, Fares menjelaskan kepada koresponden BBC, Frank Gardner, "Bisa saja senjata itu digunakan bila Assad menjadi seekor serigala yang terluka dan terpojok."
"Ada informasi yang belum bisa bisa dikonfirmasi sumbernya menyebutkan bahwa senjata kimia telah digunakan dalam penumpasan oposisi di Kota Homs," kata Fares. Dia menguraikan, kelompok militan muslim Suni di Al-Qaeda berkolaborasi denga rezim yang didomniasi olhe kelompok minoritas suku Allawite.
Fares merupakan politisi utama yang membelot sejak tuntutan terhadap Presiden Bashar al-Assad mundur, Maret tahun lalu. Dia adalah politikus senior di Partai Baath, partai berkuasa di Suriah. Fares memegang kekuasaan keamanan dan pernah menjadi gubernur di beberapa propinsi.
BBC | CHOIRUL