TEMPO.CO , Bandung: Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie mengungkapkan rencana pemerintah membuka kantor konsulat Indonesia di Palestina. ”Indonesia sedang mengkaji pendirian konsulat di Kota Ramallah,” kata dia saat berbicara di depan peserta International Conference for The Freedom of Al-Quds and Palestine di Bandung, Rabu, 4 Juli 2012.
Ucapan Marzuki di depan peserta konferensi internasional yang dihadiri oleh perwakilan ulama dan aktivis pergerakan Islam dari 20 negara itu menegaskan lagi posisi Indonesia yang mendukung kemerdekaan Palestina. Marzuki yang juga menduduki jabatan Presiden Parliamentary Union of the Organization of Islamic Cooperation didapuk menjadi pembicara kunci konferensi yang diselenggarakan 2 hari, yang dibuka Rabu.
Kepada wartawan, Marzuki mengatakan, rencana membuka konsulat itu sebagai bentuk pengakuan terhadap keberadaan negara Palestina. ”Sebagai bentuk pengakuan tentang keberadaan negara Palestina kita perlu membuka kantor (konsulat) untuk lebih mendekatkan,” katanya.
Pertimbangan lainnya, juga untuk mempercepat sampainya perkembangan terkini di negara itu. ”Agar informasi-informasi aktual bisa langsung sampai ke pemerintah Republik Indonesia. Jadi tidak melalui proses yang lebih panjang, (lewat) Duta Besar kita di Yordania dan sebagainya,” kata dia.
Menurut dia, pemerintah Indonesia tengah mengkaji lokasi konsulat itu di Ramallah. Hanya dia mengingatkan, agar pilihan lokasi itu dipertimbangkan lagi sementara pendirian konsulat itu belum dilaksanakan. ”Saat ini perlu dipikirkan lagi, karena daerah Ramallah itu masih dikuasai Israel. Jangan sampai kita membuka konsulat di sana, seolah-olah kita mengakui eksistensi Israel,” kata Marzuki.
Dia mengatakan, pemerintah bisa saja menimbang lokasi lain di Palestina, termasuk Gaza. Namun, dari pengalamannya mengunjungi Gaza saat menyerahkan bantuan pemerintah Indonesia senilai Rp 20 miliar untuk membangun rumah sakit, fasilitas yang ada tidak mendukung. ”Saya melihat fasilitas-fasilitas yang ada di Gaza itu semuanya habis, apakah itu untuk kebutuhan hidup, air minum saja susah,” kata Marzuki.
Di forum itu Marzuki menyatakan akan menggalang lagi semua perwakilan parlemen anggota PUIC untuk berkunjung ke Palestina. Menurut dia, usaha pertama bersama sejumlah ketua parlemen negara-negara anggota PUIC gagal. Saat itu sejumlah pimpinan parlemen negara PUIC sudah sepakat mengunjungi Palestina.
”Sayangnya otoritas Mesir pada saat itu tidak memberikan izin masuk ke Mesir, karena (masuk ke Palestina) harus lewat pintu Raffah, (otoritas Mesir) tidak mengizinkan sehingga kunjungan itu kami tunda. Insya Allah dalam beberapa saat ke depan, kami tetap akan mengajak beberapa ketua parlemen anggota PUIC untk tetap berkunjung ke Gaza sebagai bentuk dukungan konkret terhadap pembebasan Palestina,” kata Marzuki.
Menurut dia, upaya itu, sekaligus untuk menyuarakan pembukaan blokade Israel terhadap Palestina. Diplomasi parlemen itu, akan terus dilakukan DPR RI lewat sejumlah forum parlemen internasional. ”Dalam kerangka itu kami akan terus menyuarakan pembebasan anggota parlemen Palestina yang sampai saat ini masih ditahan oleh Israel,” kata dia.
Dia menyerukan negara-negara Arab yang posisinya relatif berdekatan dengan Palestina agar satu suara mendukung kemerdekaan Palestina. Marzuki juga meminta, dua organisasi yang menjadi motor pergerakan di Palestina yakni faksi Fatah dan Hamas agar bersatu.
Chairman Al-Aqsha Working Group International Agus Sudarmaji mengungkapkan, konferensi itu sengaja mengambil tema menyongsong pembebasan Al-Aqsha, masjid yang menjadi kiblat pertama umat Islam. ”Kita ingin melihat Al-Quds dibebaskan, dan kita ingin salat bersama-sama di Masjidil Aqsha dalam keadaan bebas merdeka,” kata dia.
Salah satu pembicara di forum itu, KH Muhyiddin Hamidy, Imaam Jama’ah Muslimin berharap, DPR dapat mendesak pemerintah Indonesia agar menyuarakan lagi desakan pembebasan Palestina dalam Sidang Umum PBB yang akan digelar 19 September 2012 nanti
International Conference for The Freedom of Al-Quds and Palestine digelar 2 hari di Bandung mulai hari ini diikuti oleh ulama dan aktivitis pergerakan Islam dari 20 negara. Dalam pertemuan itu hadir juga Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi, serta perwakilan pemerintah Palestina, serta Imam dan Khatib Masjid Al-Aqsha Prof Dr Aly Omar Yakub Abbasy atau Syeikh Ali Al-Abasy.
AHMAD FIKRI
Berita lain:
Polisi Prancis Serbu Rumah Nicolas Sarkozy
Pilot ''Ngaco'' Itu Akhirnya Diputus Tak Bersalah
Pasar Gelap Organ Manusia Meluas di Eropa
Kakek Ini Setia Pakai Sepeda Kado HUT Ke-12
Akhirnya Hillary Bilang ''Maaf'' ke Pakistan