TEMPO.CO, Paris - Empat staf Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dibebaskan oleh Libya setelah sebulan lamanya mendekam sebagai tahanan rumah. Pembebasan mereka kemarin ini dilakukan setelah melalui pembahasan jalur diplomatik yang rumit. Keempatnya kemudian diterbangkan ke Den Haag, Belanda, pada Senin malam lewat bandara Tripoli untuk bertemu keluarga mereka.
Presiden ICC Song Sang-hyun, hakim asal Korea Selatan, terbang ke Libya dan bertemu mereka di Zintan, setelah ada kepastian pembebasan keempat staf ICC, yakni Alexander Khodakov (mantan diplomat Rusia), Esteban Losilla (pengacara asal Spanyol), Melinda Taylor, pengacara asal Australia, dan seorang staf asal Libanon.
Sebelum berangkat ke Libya, Song ingin meminta maaf atas kesulitan yang terjadi dan berterima kasih kepada aparat berwenang Libya yang mengizinkan keempat stafnya kembali bertemu keluarga mereka.
Penahanan empat staf ICC berawal ketika Taylor, yang akan mempersiapkan persidangan putra mantan penguasa Libya Muammar Khadafi, Saif Khadafi, dituding membawa kamera berbentuk pulpen dan memberikan surat kepada Saif.
Surat itu dicurigai memuat kode-kode yang diduga berisi pesan tersembunyi dari bekas tangan kanan Khadafi Mohammed Ismail. Adapun Ismail merupakan sosok yang paling dicari oleh penguasa Libya setelah tewasnya penguasa Libya, kemudian menuding Taylor menyelundupkan surat itu pada 7 Juni lalu dan menahan Taylor dan tiga staf ICC lainnya.
Ahmed al-Gehani, pengacara warga Libya yang mengkoordinasi pertemuan pemerintah dan ICC, mengatakan keempatnya telah diperiksa dan dibebaskan. Mereka tidak akan dituntut sesuai dengan yang direncanakan.
“Mereka bebas, namun mereka tidak akan kembali ke sini,” kata Gehani. Adapun persidangan terhadap keempatnya, ujarnya, tidak begitu jelas. Hal itu diputuskan oleh penuntut umum.
Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr menyambut gembira pembebasan Taylor. Carr secara khusus terbang ke Tripoli untuk melakukan upaya pembebasan Taylor. Dia diperkirakan tiba di Den Haag bertemu suami dan anaknya, Yasmina, hari ini.
NEW YORK TIMES I SYDNEY MORNING HERALD I MARIA RITA