TEMPO.CO , Berlin - Heidemarie Schwermer tak lagi tertarik pada selembar kertas bernama uang. Wanita Jerman ini telah membuktikan, bukan benda yang telah ia tinggalkan selama 16 tahun itu yang membuatnya bahagia.
Tumbuh di Prusia, Schwermer adalah putri dari seorang pengusaha sukses. Mereka memiliki seorang tukang kebun dan beberapa pelayan.
Tetapi ketika perang melanda Eropa, keluarganya jatuh miskin. Pada tahun 1939, keluarganya terpaksa melarikan diri ke Jerman.
Setelah bertahun-tahun mengalami kesulitan, ayah Schwermer bangkit kembali dan mendirikan sebuah perusahaan rokok. Hidup keluarga ini kembali berkecukupan.
Namun, Heidemarie Schwermer mengaku sudah 'mati rasa' dengan uang sejak saat itu. "Kami berkecukupan, kemudian berakhir dengan tak memiliki apa-apa," katanya.
Akibatnya ia menjadi terobsesi dengan menemukan cara baru untuk hidup tanpa uang. Ia memulainya tahun 1994, dengan membuat lingkaran pertukaran, Give and Take Central. Bersama kelompoknya, mereka saling mempertukarkan barang dan jasa.
Kelompok ini membantu menukar layanan sederhana seperti pembersihan rumah atau pengasuhan anak dengan imbalan barang. Tak dinyana, kebutuhannya akan uang semakin berkurang.
Puncaknya, ia memutuskan untuk hidup tanpa uang sama sekali. Setelah anak-anaknya mandiri, ia menjual segala sesuatu - termasuk apartemennya - dan hanya menyimpan sebagian kecil saja barang-barangnya, yang disimpannya dalam kopor.
"Aku melihat kehidupan baru setelah itu," ujar janda beranak dua ini. "Aku tidak ingin kembali ke kehidupan lama."
Kini, gaya hidupnya menjadi populer di Jerman. Ia laris diundang untuk berbicara di berbagai seminar di seantero negeri. Tentu saja, ia tak mendapat imbalan uang untuk itu. "Hanya dibelikan tiket kereta pulang-pergi," katanya.
Dia sering menerima pakaian dari teman. Namun, ia juga menyumbangkan apa yang diberikan namun tak dibutuhkannya.
Dalam sebuah film dokumenter dibuat tentang hidupnya berjudul Living Without Money, dia terlihat mencari sayuran sisa di pasar tradisional dan menjual jasa membersihkan toko dengan imbalan makanan. Uang baginya, hanya selembar kertas yang tak ada nilainya untuk membeli satu kata bernama 'kebahagiaan'.
DAILY MAIL | TRIP B
Terpopuler
Di Langit Cirebon, Dua Pesawat Ini Nyaris Tabrakan
Kontestan Copot Bra, Menteri Thailand Murka
Sudah 24 Jasad Ditemukan Terkubur di Kantor Xanana
Apa Saja Keluhan Pilot Soal Menara Bandara Soetta?
Pamer Dada, ''Lady Tata'' Guncang Thailand