TEMPO.CO , Kairo - Berita kondisi mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak simpang-siur. Ia sempat diberitakan secara medis meninggal, namun hingga petang ini, tak ada penjelasan resmi dari pejabat yang berwenang. Kantor berita pemerintah hanya melaporkan bahwa kondisinya sangat serius dan harus dipindahkan dari penjara di mana dia menjalani hukuman seumur hidup ke rumah sakit militer.
Sebelumnya, diberitakan kesehatan Pak Mubarak memburuk dengan cepat pada hari Selasa. Ia dikabarkan mengalami serangan jantung dan stroke. Setelah laporan tersebut, pengacara dan Dewan Militer yang memerintah Mesirmenyatakan Mubarak berada dalam kondisi kritis, tapi masih hidup. Pada hari Rabu, pejabat keamanan mengatakan bahwa Mubarak masih hidup dan bernapas sendiri. Mereka menggambarkan kondisinya hampir stabil.
Kabar kesehatannya menyebar dengan cepat hingga ke Tahrir Square, tempat di mana puluhan ribu orang memprotes dewan militer yang memerintah Mesir. Kebingungan atas kondisi kesehatan Mubarak menyuntikkan volatilitas baru ke dalam krisis yang berkembang di negara itu.
Kesehatan mantan presiden telah menjadi sumber spekulasi dan kecurigaan sejak penahanannya. Mubarak diketahui memiliki masalah kesehatan selama bertahun-tahun. Namun, banyak yang menyebut berita sakitnya hanya akal-akalan agar dia bisa dikeluarkan dari penjara.
Sebagian besar rakyat Mesir meyakini, penguasa militer saat ini menggunakan taktik tersebut untuk memuluskan langkah itu. Seorang sumber yang meminta namanya tak disebut pada Harian Telegraph menyatakan berita Mubarak berada di tepi kematian sengaja dihembuskan sebagai bagian dari skema untuk mengangkut keluar mantan orang nomor satu mesir itu dari penjara. "Ini semua tipuan yang mengerikan," katanya.
Pengamat juga menyatakan keheranannya dengan berita Mubarak kehilangan kesadaran, hanya dua hari setelah pemungutan suara untuk memilih penggantinya. "Sangat (drama) Shakespeare," kata Diaa Rashwan, analis di Al Ahram Center, lembaga riset yang didanai negara. "Dia tidak ingin mendengar nama penggantinya," katanya.
Pada hari Senin, Mohamed Morsi, pemimpin Ikhwanul Muslimin, mengatakan ia telah memenangkan pemilihan presiden Mesir kompetitif, mengalahkan Ahmed Shafik, perdana menteri terakhir Rezim Mubarak, dengan 52 persen suara.
Namun pada saat yang sama, Shafik juga mengklaim kemenangan. Seorang juru bicara kubu Shafik, Ahmad Sarhan, mengatakan bahwa mereka memenangkan 51,5 persen suara.
TELEGRAPH | TRIP B
Terpopuler
Di Langit Cirebon, Dua Pesawat Ini Nyaris Tabrakan
Kontestan Copot Bra, Menteri Thailand Murka
Sudah 24 Jasad Ditemukan Terkubur di Kantor Xanana
Apa Saja Keluhan Pilot Soal Menara Bandara Soetta?
Pamer Dada, ''Lady Tata'' Guncang Thailand