TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah mengatakan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terjebak di Suriah bertambah dari semula tujuh orang, menjadi 15 orang. “Semua minta dipulangkan segera,” kata Anis saat dihubungi pada Kamis 14 Juni 2012 sore.
Berdasarkan data yang dihimpun posko pengaduan bagi keluarga buruh migran yang dibuka Migrant Care 7 Juni lalu, 15 TKI itu berasal dari Karawang, Sukoharjo, Indramayu, Sukabumi, Cianjur, Ngawi, Slawi, Bogor, Blitar, dan Jakarta.
Anis mengatakan, sebagian besar dari 15 TKI tersebut tak bisa dipastikan keberadaannya. Sebab, sepanjang mereka berada di Suriah, lokasi mereka bekerja selalu berpindah-pindah. Migrant Care juga kesulitan melacak informasi TKI yang berada di Suriah karena kehilangan kontak. “Kami tahu informasi dari keluarga yang ada di Indonesia,” kata Anis.
Salah satu TKI yang mengadu adalah Siti Kholifah. Berdasarkan data yang dihimpun Migrant Care, Siti adalah buruh migran asal Slawi, Jawa Tengah. Kepada Migrant Care, Siti mengaku setiap malam mendengar letusan bom hingga sepuluh kali. “Ia ketakutan dan minta pulang,” kata Anis.
Kasus serupa dialami oleh Sri Dewi, TKI asal Ngawi, Jawa Timur. Sri yang bekerja di Damaskus merasa ketakutan hidup di kota yang tengah dirundung konflik. Dia mengaku kerap disuruh majikannya berbelanja di pasar swalayan, padahal situasi kota itu sedang memanas.
Sri mengaku sudah berkali-kali mencoba menghubungi kantor Kedutaan Besar RI. Tapi, permintaanya untuk dipulangkan belum membuahkan hasil. Ia mengaku kecewa dengan perlakuan Kedutaan Besar RI di Suriah.
Menurut Anis, banyak di TKI di Suriah yang tak bisa pulang karena ditahan oleh majikannya. “Padahal kontrak kerja mereka sudah habis,” kata Anis. Migrant Care mencatat setidaknya ada tiga TKI yang tidak diperbolehkan pulang oleh majikannya.
ANANDA BADUDU