TEMPO.CO, Phnom Penh - Hari ini, Ahad, 3 Juni, warga Kamboja memberikan suaranya untuk pemilihan dewan-dewan lokal dan partai Perdana Menteri Hun Sen, yang tampaknya akan memenangi tes untuk pemilihan umum dalam waktu dekat. Tapi pemimpin oposisi yang eksil ini menyebutkan pemilihan umum 2013 bakal memalukan kubunya.
Partai Hun Sen, Cambodian People's Party (CPP), yang berkuasa selama 27 tahun, merebut di atas 70 persen kursi dewan komunal pada 2007 dengan menang 58 persen dari suara dalam pemilihan umum dan menjadi mayoritas di parlemen.
Para pengamat menyebutkan dia telah membawa stabilitas politik di negeri itu sejak awal 1990-an setelah era pergolakan Khmer Merah dan yang telah menarik minat pabrik-pabrik internasional, khususnya di sektor garmen, sumber utama ekspor.
Sam Rainsy, pemimpin Partai Utama Oposisi, kepada Reuters di Jenewa menyebutkan bahwa para petani mungkin melakukan pemberontakan melawan Hun Sen soal rebutan tanah dan pengusiran paksa, meskipun para pengamat independen ragu bahwa dia akan kehilangan kendali utama dalam kekuasaan.
"Pemerintahan Hun Sen melakukan hal yang sama pada 1960. Dan ketika tanah dibagi-bagi, hal itu memicu ke sebuah revolusi berdarah," katanya. "Para petani akan melakukan revolusi. Kini mereka masih bersabar sebagaimana mereka menunggu pemilihan umum berikutnya. Jika para petani tak bisa mengekspresikan kemauan mereka, mereka akan melakukan lagi aksi-aksi kekerasan."
REUTERS | DWI ARJANTO