TEMPO.CO , Beijing - Setiap hari kerja pukul 07.20 pagi, Yao Lifa dijemput beberapa orang dari lantai apartemennya. Ia kemudian diantar ke sekolah dasar tempat ia mengajar selama bertahun-tahun.
Secara resmi, Yao adalah guru. Namun secara tak resmi, ia adalah seorang tahanan. 'Teman-teman' yang menjemputnya adalah orang yang disewa polisi untuk mengawasinya.
Pada siang hari, Yao beraktivitas hanya dalam sebuah ruangan. Ia diawasi oleh guru olahraga muda dan staf sekolah lainnya. Pada saat makan malam, ia dikirim kembali ke apartemen untuk kembali berkumpul dengan istri dan ketiga putrinya.
Bebas beraktivitas? Tidak juga. Sebuah kamera pengawas memantau pintu masuk gedung, sementara polisi duduk di sebuah gardu di luar gedung.
"Di sekolah, jika saya harus pergi ke kamar mandi, seseorang mengawal saya. Saya juga tidak diizinkan berbicara dengan orang lain atau menjawab telepon," kata Yao dalam wawancara larut malam melalui telepon internet, secara sembunyi-sembunyi dari rumahnya di kota Qianjiang. "Ketika mereka membawa saya pulang, mereka diganti oleh tenaga shift berikutnya."
Apa yang dialami Yao serupa dengan aktivis Chen Guangcheng yang melarikan diri dari tahanan rumah bulan lalu. Di Cina, orang seperti mereka berdua jumlahnya tak terhitung. Mereka tidak dipenjara, namun 'disimpan' di rumahnya di bawah kontrol ketat oleh pemerintah.
Para aktivis ini, bahkan ada yang ditahan di rumahnya tanpa jelas alasannya. Para pengawas mereka tak harus polisi, tapi bisa rekan kerja, tetangga, pekerja kantor pemerintah, seorang pemuda pengangguran, dan anggota geng.
Yao juga tidak pernah menghadapi tuduhan kriminal. 'Dosa' yang dilakukannya hanya satu, 10 tahun lalu pernah ikut berkampanye untuk pemilu yang demokratis.
"Mereka tidak akan membiarkan saya mengajar. Mereka takut tentu saja bahwa saya akan mulai berbicara tentang demokrasi kepada siswa," kata Yao.
Ketatnya pengawasan negara pada rakyat di Cina, sudah terkenal sejak dulu. Namun kontrol bagi para pembangkang dengan model ini, dianggap terobosan baru.
"Ada satu aktivis sosial yang diawasi oleh lebih dari 10 orang," kata kata Nicholas Bequelin, seorang peneliti Human Rights Watch. "Tugas mereka adalah untuk mengidentifikasi dan mendeteksi sejak awal faktor-faktor destabilisasi bagi rezim."
Target ini semakin banyak orang, dari pembangkang politik, pengorganisir serikat pekerja dan warga biasa yang peduli pada praktek menyimpang di sekitarnya.
Reformasi pasar bebas memecahkan cengkeraman totaliter dan memberi orang insentif. Uang menjadi bahan bakar dalam program pengawasan ini. Anggaran untuk program ini, tulis Associated Press, dikutip dari "dana pelestarian stabilitas". Dengan target satu di antara 1.000 orang, maka ada sejuta orang yang diawasi di Cina. Bisnis yang tak main-main.
TRIP B | AP