TEMPO.CO, London - Cina dilanda krisis moral, korupsi yang merajalela, dan pelanggaran hukum. Hal ini dikatakan pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, di London, Senin.
Dalai Lama berada di London untuk menerima penghargaan Templeton senilai US$ 1,7 juta (setara Rp 15 miliar) untuk kiprahnya menegaskan kembali dimensi spiritual dalam kehidupan. Berbicara kepada wartawan sebelum upacara penghargaan di Katedral St Paul di London, ia menyatakan jutaan kaum muda Cina kini menunjukkan minat pada spiritualitas.
Sebuah survei dua tahun lalu menemukan bahwa 200 juta orang Cina kini menekuni kembali Buddhisme, termasuk Buddhisme Tibet. "Budaya Buddha Tibet saya pikir memberi manfaat besar bagi jutaan orang Cina yang benar-benar melewati masa sulit seperti itu," katanya.
Cina mengambil alih Tibet sejak 1950 ketika pasukan komunis menduduki negara itu. Dalai Lama melarikan diri untuk hidup di pengasingan di India setelah pemberontakan yang gagal terhadap kekuasaan Cina.
Dalai Lama, yang memenangkan hadiah Nobel perdamaian tahun 1989, mengatakan ia akan menyumbangkan sebagian besar hadiahnya untuk memerangi kekurangan gizi di kalangan anak-anak di India. Sisanya akan disumbangkan pada upaya mengembangan sains.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, dijadwalkan bertemu dengan Dalai Lama hari Senin, demikian kantor Cameron mengatakan. Namun, pertemuan itu tidak akan berlangsung di kediaman resmi Cameron di Downing Street demi menjaga perasaan Cina.
Cina menyatakan "kekecewaan yang dalam" setelah pendahulu Cameron, Gordon Brown, yang bertemu dengan Dalai Lama di kediaman resminya pada tahun 2008.
Protes Tibet terhadap pemerintah Cina telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Sedikitnya 32 orang Tibet telah membakar diri di sebagian besar di barat daya Cina sejak Maret 2011 untuk memprotes kekuasaan Cina di Tibet, menurut kelompok hak asasi Tibet. Sedikitnya 22 tewas dalam insiden itu.
TRIP B | REUTERS