TEMPO.CO, Tokyo–Sekitar 200 etnis Uighur dari seluruh dunia berkumpul di Jepang sejak Senin 14 Mei 2012. Dalam pertemuan lima hari tersebut mereka menggodok langkah untuk merdeka dari Cina.
Ethnis Uighur telah lama memperjuangkan keinginan mereka lepas dari Cina. Mereka menolak kebijakan asimilasi paksa Cina dan penyingkiran dari kampung halaman mereka di kawasan utara Cina tepatnya di provinsi Xinjiang. Di kawasan ini sekitar sembilan juta etnis muslim Uighur berbahasa Turki tinggal.
Cina juga melakukan kebijakan migrasi dengan mendatangkan jutaan orang dari suku Han ke wilayah etnis Uighur. Kebijakan asimilasi paksa dan migrasi telah membuahkan berbagai aksi kekerasan dan penangkapan etnis Uighur.
Ketua Kongres Uighur Dunia di pengasingan, Rebiya Kadeer , 65 tahun, mengatakan, kebijakan Beijing tidak dapat diterima dalam negara demokrasi modern.
Menurut Kadeer, komunisme , hak asasi manusia dan demokratisasi ala Cina sudah ketinggalan zaman. “Hanya satu yang ditinggalkan untuk Cina, yakni merangkul demokrasi dan perdamaian… dan berhenti memaksakan asimilasi Uighur dan rakyat lainnya,” kata Kadeer.
Pertemuan etnis Uighur sedunia membuat Cina berang pada Jepang karena memberikan visa kepada Kadeer dan mengizinkan pertemuan tersebut.
Apalagi pertemuan itu terjadi setelah Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda bertemu Perdana Menteri Cina Wen Jiabao dan Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak dalam Konferensi Tingkat Tinggi Ekonomi pekan lalu.
“Kongres Uighur Dunia jaringan teroris dan merupakan organisasi anti Cina. Kami menyatakan penolakan kami terhadap langkah Jepang dan kami berharap akan ada langkah untuk mencegah aksi itu dan mengambil langkah nyata untuk melindungi hubungan lebih luas antara Cina –Jepang,” kata Hong Lei, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina pada Jumat pekan lalu.
Pertemuan Uighur sedunia di Jepang merupakan pertemuan keempat setelah di Munich, Jerman dan Washington, Amerika Serikat. Pertemuan ini juga untuk memilih pemimpin baru menggantikan Kadeer yang habis masa jabatannya tahun ini.
ASIAONE I MAINICHI I REUTERS I MARIA RITA