TEMPO.CO , Beijing: Drama politik aktivis buta Cina, Chen Guangcheng, yang melibatkan Amerika-Cina, mulai menemukan titik terang. Kemarin, pemerintah Cina mempersilakan Chen mendaftar sekolah ke luar negeri.
“Jika ia ingin belajar keluar negeri, sebagai warga Cina, ia dapat mendaftar melalui jalur biasa, seperti warga lainnya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Liu Weimin, dalam pernyataan resminya. Pemerintah Amerika Serikat meminta Cina serius atas tawarannya. “Saat ini sudah ada tawaran beasiswa bagi Tuan Chen dan bisa membawa istri serta kedua anaknya,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Victoria Nuland.
Tawaran ini bisa menjadi solusi positif. Namun pengacara hak asasi manusia Tang Jitian mengingatkan bahwa pemerintah dapat memperlambat penanganan dokumen Chen untuk belajar ke luar negeri. “Banyak lubang dalam tawaran ini. Kita tidak bisa 100 persen optimistis,” ujar Tang.
Apalagi, beberapa saat sebelum pengumuman pemerintah, Chen mengatakan dua rekannya dipukuli polisi saat berkunjung ke rumah sakit. “Situasi saya sangat berbahaya. Saya berharap pemerintah (Cina) menghormati kesepakatan dengan Amerika,” ujarnya kepada AFP.
Kekhawatiran pria 40 tahun itu juga sempat diungkapkan dalam rapat dengar pendapat anggota Kongres Amerika di gedung Capitol Hill, Washington, Kamis lalu. Melalui sambungan telepon, Chen berbicara dengan Chris Smith, anggota Kongres yang memimpin masalah Chen. “Saya ingin bertemu Menteri Luar Negeri (Hillary) Clinton untuk membantu saya,” ujar ayah dua anak ini.
Kabar terakhir menyebutkan, desa tempat tinggal Chen, Dongsighu, di Provinsi Shandong dijaga sangat ketat. Aparat keamanan telah menambahkan tujuh kamera pengawas di dalam rumah Chen. Selain itu, beberapa regu petugas keamanan mengusir reporter dan warga dari luar desa yang mendekat.
AP | REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA | SITA PLANASARI AQUADINI