TEMPO.CO , Beijing - Aktivis pro-demokrasi Cina, Cheng Guangcheng telah keluar dari Kedutaan Amerika Serikat atas kemauan sendiri. Pemerintah Cina menjamin tidak ada masalah hukum lebih lanjut yang akan diarahkan pada Chen. Selain itu, laporan penganiayaan terhadap dirinya akan diselidiki; dipindah ke lingkungan yang aman; dan dibebaskan pergi ke universitas.
Namun di balik itu semua, Cina menuntut permintaan maaf dari Amerika Serikat untuk penanganan situasi. Liu Weimin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan dalam komentar yang dilaporkan oleh Xinhua, alasan permintaan maaf itu. "Aktivitas AS telah campur tangan dalam urusan dalam negeri Cina, dan ini benar-benar tidak dapat diterima oleh Cina," katanya.
Ia melanjutkan, "Cina menuntut AS meminta maaf atas ini, menyelidiki secara menyeluruh insiden ini, dan menghukum mereka yang bertanggung jawab dan memberikan jaminan bahwa insiden tersebut tidak akan terulang kembali."
Cheng, seorang pengacara tunanetra, melarikan diri dari tahanan rumah di sebuah desa terpencil. Ia terbatas pada rumahnya setelah menjalani empat tahun penjara. Ia sebelumnya katif melakukan advokasi hukum, antara lain untuk korban praktek aborsi paksa oleh petugas keluarga berencana Cina.
Media Cina mendukung apa yang dilakukan pemerintahnya dengan meminta AS minta maaf. "Di Barat, Chen adalah kentang panas untuk pemerintah Cina," tulis sebuah koran lokal. "Sekarang ia sedang membuat Washington tidak nyaman."
Beberapa aktivis menyatakan, komitmen AS atas HAM diuji dalam kasus Cheng. "Ini adalah momen penting bagi diplomasi hak asasi manusia AS," kata Bob Fu, presiden ChinaAid, yang berbasis di Texas.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan Menteri Keuangan Timothy Geithner dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan mitra mereka di Beijing. Mereka akan membicarakan isu-isu strategis dan ekonomi.
TRIP B | CNN