TEMPO.CO , BANGKOK:-- Chiranuch Premchaiporn, editor situs media Prachatai di Thailand, hari ini akan menghadapi putusan atas dakwaan penghinaan terhadap kerajaan. Jika terbukti bersalah, ia terancam dihukum selama 20 tahun penjara. “Saya merasa tidak bersalah. Berjuang hanyalah satu-satunya cara untuk membuktikan saya benar,” kata Chiranuch kemarin.
Kasus Chiranuch berawal ketika ia dituding tidak segera menghapus 10 postingan yang mengkritik monarki di situs. Kasus ini semakin menarik perhatian karena Chiranuch menolak mengaku bersalah seperti terdakwa lain. Pengakuan bersalah biasanya untuk memperoleh ampunan dari raja.
“Pengakuan bersalah hanya akan membuka luka dalam sejarah dan sistem hukum Thailand,” ia menegaskan. Taktik ini sempat digunakan Surachai Saedan, pemimpin Kaus Merah, akhir pekan lalu. Karena mengaku bersalah, Surachai hanya divonis 2 tahun 6 bulan penjara, separuh dari tuntutan jaksa.
Dalam kesempatan terpisah, pakar hukum Thailand mendesak pemerintah segera mengamendemen pasal 112 tentang penghinaan terhadap kerajaan.
Worajet Pakeerat, anggota kelompok pro-amendemen Nitirat sekaligus dosen hukum Universitas Thammasat, mendesak agar pasal penghinaan terhadap kerajaan hanya ditujukan bagi raja atau pemimpin negara.
Praktek ini, menurut Worajet, biasa dilakukan di negeri dengan sistem seperti di Thailand. “Ratu dan anggota keluarga kerajaan lain seharusnya tidak memerlukan perlindungan pasal tersebut,” Worajet menegaskan.
L ASIAONE | THE NATION | SITA PLANASARI A.