TEMPO.CO , Kairo - Mantan Perdana Menteri Mesir di detik-detik akhir Presiden Husni Mubarak terguling tahun lalu akhirnya diperbolehkan maju untuk berebut kursi kepresidenan. Keputusan itu muncul hanya sehari setelah pejabat pemilihan mencoretnya. Hal tersebut disebutkan kantor berita pemerintah Mesir, MENA, Rabu 25 April 2012.
"Komite pemilihan presiden yang dipimpin Farouk Soltan menerima banding dari mantan Perdana Menteri Ahmed Shafiq dan memungkinkannya maju bertarung," demikian disebut MENA.
Para pengamat menyebutkan kembali masuknya nama Shafiq akan membuatnya menjadi favorit kubu militer dan menjadi calon kuat pemenang pemilihan presiden yang akan digelar pada 23-24 Mei mendatang, dengan putaran kedua digelar Juni mendatang.
Komite tidak memberikan alasan penerimaan banding Shafiq, meski beberapa pengamat menyebutkan hal itu untuk mencegah banding lebih jauh yang mungkin akan menunda pemilihan.
Sebagai mantan komandan Angkatan Udara, keberhasilan Shafiq bakal memperpanjang kuasa militer di negeri yang telah dipimpin para jenderal sejak terdongkelnya Raja Farouk pada 1952 itu.
Pengamat juga menilai masuknya Shafiq sebagai daya tawar yang tinggi dari militer. "Dia masuk kembali ke dalam kompetisi pasti akan menenangkan sisa-sisa orde lama Mubarak. Itu juga akan memungkinkan tentara untuk bernapas lega karena dari semua kandidat presiden, Shafiq adalah satu-satunya yang memahami betul militer," ujar Nabil Abdel Fattah, pengamat politik di Kairo, Kamis 26 April 2012.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Februari lalu, Shafiq mengatakan dia akan maju karena punya pengalaman untuk menjaga hubungan baik dengan para jenderal dan memastikan halusnya penyerahan kekuasaan ke pemerintahan sipil.
Shafiq, 71 tahun, yang pernah menjadi Menteri Penerbangan Sipil selama satu dekade menyatakan dia bisa menjembatani perpecahan di Mesir saat ini.
REUTERS | BBC | WALL STREET JOURNAL | DWI ARJANTO