TEMPO.CO, Den Haag - Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, bersama kabinetnya mengajukan permohonan diri kepada Ratu Beatrix setelah usulannya tentang penghematan anggaran ditolak oleh partai oposisi, Partai Kanan, di parlemen.
Informasi diperoleh dari pemerintahan Belanda, Senin, 23 April 2012, membenarkan bahwa Rutte telah bertemu dengan Ratu Beatrix yang menerima pengunduran dirinya tersebut. Kemudian kabinet diminta membentuk pemerintahan sementara.
"Pengumuman resmi pemerintah menyebutkan bahwa Perdana Menteri pergi menemui Ratu untuk menyampaikan pengunduran diri bersama jajaran kabinetnya," jelas koresponden Al Jazeera, Jonah Hull, dari Den Haag.
Televisi Belanda, Nos, melaporkan Rutte perlu waktu hampir dua jam di Istana Ratu di Den Haag, Senin petang waktu setempat untuk menyampaikan pengunduran diri kabinetnya.
Menurut dua orang sumber yang tak bersedia disebutkan identitasnya kepada kantor berita Reuters, Rutte akan menulis surat ke parlemen hari ini berisi tentang pengunduran diri kabinetnya menyusul ketidakcocokan dengan partai populis, Partai Kebebasan (PVV), soal anggaran.
Langkah tragis pengunduran diri sudah mulai yampak pada akhir pekan ini semenjak Rutte mengakui pemerintahannya tidak seirama dengan Partai Kebebasan yang dibentuk oleh politikus anti-Islam, Geert Wilders. Setelah pengunduran diri Rutte bersama kabinetnya, kemungkinan pemilu bakal dipercepat meskipun seharusnya pesta demokrasi itu digelar pada 2015.
"Menurut aturan, pemilihan umum tak bisa dilaksanakan sebelum September, tetapi Perdana Menteri akan menunjuk pejabat sementara (caretaker) hingga pemilu digelar sesuai jadwal," kata koresponden Al Jazeera.
"Pemerintahan Rutte hanya berumur 558 hari. Ini merupakan peristiwa ketiga sejak Perang Dunia II," tulis kantor berita Belanda, ANP. Rutte akan berpidato di parlemen Belanda, Selasa, 24 April 2012 petang waktu setempat yang akan disusul perdebatan soal krisis politik.
AL JAZEERA | BBC | CHOIRUL