TEMPO.CO , Pyongyang - Dalam siaran televisi Jumat siang, 13 April 2012, pemerintah Korea Utara membuat satu pengumuman yang mengejutkan dunia. Mereka mengakui satelit yang beberapa jam sebelumnya diluncurkan dari pantai barat, gagal masuk ke orbit.
"Satelit observasi bumi gagal memasuki orbit yang telah ditetapkan," kata kantor berita milik pemerintah Korea Utara. "Para ilmuwan, teknisi, dan ahli tengah mempelajari penyebab kegagalan itu."
Sebelumnya, media Korea menyatakan peluncuran satelit Kwangmyongsong-3 dilakukan di Stasiun Peluncuran Sohae, Tongchang-ri, Korea Utara, yang terletak pada pantai barat. Satelit meluncur pukul 07.38 pada Jumat.
Pejabat luar angkasa Korea Utara mengatakan roket Unha-3 atau Galaxy-3 berfungsi sebagai pendorong satelit meluncur ke orbit. Tujuannya untuk mempelajari tanaman dan pola cuaca. Dan untuk menampik tudingan dunia luar yang mencurigai peluncuran roket itu, pejabat luar angkasa mengundang wartawan asing ke pantai barat pada Minggu, 9 April 2012. Korea Utara ingin wartawan asing melihat sendiri roket dan satelit Kwangmyongsong-3.
Pengakuan Korea Utara akan kegagalan itu mengejutkan dunia luar. Sebab pada pemerintahan terdahulu, Korea Utara begitu keras mengontrol arus informasi yang masuk atau keluar negaranya. Tapi di peluncuran kali ini, puluhan wartawan asing malah diizinkan meliput.
Menurut mantan Direktur Kebijakan Asia di Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Victor Cha, kegagalan ini merupakan pukulan berat bagi Korea Utara. "Ini sangat memalukan bagi Korea Utara," kata Cha.
Anggota senior Asosiasi Pengendalian Senjata, Greg Thielmann, mengatakan kegagalan itu menunjukkan Korea Utara belum mampu menguasai teknologi roket. Thielmann mencontohkan kasus di 2006 lalu ketika roket Korea Utara meledak di udara, 40 detik setelah tinggal landas.
"Sudah untung roket itu tidak nyasar ke Jepang atau Korea Selatan," ujarnya.
Di depan Kelompok G-8, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Rodham Clinton mengatakan jika seluruh anggota telah setuju untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap Korea Utara di Dewan Keamanan. Menurut dia, Korea Utara memiliki dua pilihan.
"Mereka ingin berdamai dan mendapat keuntungan berupa hubungan baik dengan dunia internasional atau terus menghadapi tekanan dan isolasi," ujar Hillary.
TELEGRAPH | CORNILA DESYANA