TEMPO.CO, Paris - Elite polisi Prancis menangkap 10 tersangka Islam garis keras, Rabu, 4 April, dalam penggerebekan yang diperintahkan Presiden Nicolas Sarkozy. Operasi dilakukan setelah tujuh orang terbunuh oleh seorang pria bersenjata yang terinspirasi Al-Qaidah bulan lalu.
Menurut sumber di kepolisian, dinas rahasia intelijen domestik Prancis, DCRI, didukung oleh pasukan elite komando kepolisian melakukan pencidukan di kota-kota bagian selatan, seperti Marseilles dan Valence. Gropyokan juga dilakukan di dua kota utara Roubaix. "Mereka yang ditangkap punya profil yang mirip dengan Mohamed Merah," ujar sumber tersebut.
Dia mengungkapkan mereka adalah individu yang terisolasi, yang kemudian meradikalisasi diri. Merah adalah pria bersenjata yang melakukan aksi penembakan ke sebuah sekolah Yahudi di Toulouse.
Jumat pekan lalu, 19 orang juga ditangkap karena dituding punya kaitan dengan kelompok radikal Islam Prancis, Forsane Alizza. Jaksa publik Paris, Selasa, 3 April 2012 lalu, menyebutkan mereka kini diinvestigasi atas dugaan terorisme.
Sumber kepolisian juga menuturkan penggerebekan hari ini tidak terkait dengan penangkapan 19 orang maupun serangan Merah.
Penembakan massal di Toulouse telah mendorong keamanan domestik menjadi agenda politik kurang dari tiga pekan sebelum pemilihan umum presiden ronde pertama pada 22 April. Keadaan ini telah meningkatkan kesempatan Sarkozy menghadapi tantangan pesaingnya dari Sosialis, Francois Hollande. Hollande ketat membuntuti Sarkozy dalam berbagai jajak pendapat.
Sarkozy, mantan menteri dalam negeri, telah dituding beberapa penentangnya mengail keuntungan atas meruyaknya ancaman ekstremis Islam ini. Meskipun menurut survei terbaru hanya 20 persen para pemilih yang memutuskan hal itu sebagai perhatian utama.
Berbicara di radio RTL, Hollande menolak memberi pernyataan soal apakah dia berpikir rangkaian penggerebekan digerakkan secara politik. "Jika ada dugaan dan risiko, mereka memang harus beraksi," kata Hollande. "Tapi mengapa dilakukan setelah terjadinya sebuah aksi teroris? Saya tidak mempertanyakan apa yang harus terjadi, tapi kita bisa melakukannya lebih awal," katanya.
THE TELEGRAPH | REUTERS | DWI A