TEMPO.CO, Seoul - Angka bunuh diri di Korea Selatan meningkat semejak Asia dilanda Krisis. Kini, angkanya menjadi 2,3 kali lebih tinggi ketimbang angka kematian dari kecelakaan lalu lintas.
Menurut laman Chosun-Ilbo, Sabtu, 31 Maret, pada 1990-an, dari 100 ribu orang, ada sekitar 7,3 yang berniat bunuh diri. Dari angka itu, kini terjadi peningkatan yang nyata, khususnya di antara perempuan, kaum muda, orang berpendidikan, profesional, dan mereka yang bercerai.
Jumlah perempuan yang mengakhiri hidupnya meningkat 2,8 kali dari 1.853 pada 1996 menjadi 5.237 di 2010. Jumlahnya 2,5 kali lebih banyak ketimbang pria. Angka kematiannya terjadi tiap 19,7 untuk setiap 100 ribu orang pada 2009. Tertinggi di antara negara-negara OECD. Bahkan lebih tinggi 25 kali ketimbang Yunani yang mengalami resesi hebat tahun kemarin.
Psikiater Sa Seung-eon menguraikan, pada awal 1980-an, jumlah wanita yang berniat bunuh diri hanya sepertiga dari jumlah pria Korea. Penyebab terjadinya peningkatan jumlah perempuan yang bunuh diri karena risiko depresi pada perempuan tiga kali lebih tinggi. Perempuan juga menderita stres berlebih akibat peningkatan aktivitas ekonomi yang menambah beban peran mereka dalam keluarga.
Seung-eon menuturkan banyak perempuan bunuh diri tanpa menyadari mereka menderita karena depresi. Pada 1996, angka bunuh diri paling banyak terjadi pada usia 20-30 tahun. Kini, angka tersebut bergeser pada orang yang berusia di atas 40 tahun.
Yang menarik lagi adalah angka bunuh diri di antara masyarakat yang berpendidikan jauh lebih tinggi. Proporsi orang yang bunuh diri dengan tingkat pendidikan lulusan universitas meningkat dari 12,9 persen menjadi 24,4 persen. Adapun untuk status, angka bunuh diri pada kaum lajang atau menikah menurun. Tapi, dari pasangan yang bercerai, meningkat (dari 5,7 persen menjadi 12,8 persen).
Kajian Kementerian Kesehatan Korea Selatan menunjukkan lebih dari 90 persen orang yang berniat bunuh diri memiliki masalah mental. Para ahli jiwa menyebutkan sekitar 60-80 persen penderita depresi berniat bunuh diri. Penderita depresi di Korea meningkat dari 5,6 persen (2006) menjadi 6,7 persen (2011). Tetapi hanya 15,3 persen yang pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri.
CHOSUNILBO | DIANING SARI