TEMPO.CO, Paris - Nama Mohammed Merah, pria 24 tahun itu, kini jadi pembicaraan dunia, khususnya warga Paris. Sebab, pria keturunan Aljazair itu adalah penembak seorang rabi dan tiga siswa di sekolah Yahudi yang terletak di kawasan Toulouse, Prancis.
Menurut theglobeandmail.com, Merah adalah anak yatim. Ia memiliki dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuan
Semasa remaja, Merah banyak terlibat tindak pidana ringan seperti menjambret. Ibu dan kakak perempuannya sudah putus asa untuk membuatnya bertobat. Tercatat ada 18 tindak pidana ringan yang dilakukan Merah dari 2007-2009.
Lelaki yang memiliki kebangsaan Prancis itu kemudian berkenalan dengan jaringan Islam radikal di dalam penjara. Setelah itu, ia berubah penampilan. Terkadang memakai jambang, terkadang mencukurnya. Ia pun masih sesekali mengunjungi klub, tetapi ia juga tetap mendengarkan Rai, musik Arab populer.
Jaksa François Molins menuturkan Merah pernah dua kali ke kawasan Pakistan dan Afganistan. Ia sempat dapat latihan dari milisi Pakistan di Provinsi Waziristan. Sejak kembali dari negara tersebut, Merah sudah mendapat pengawasan dari intelijen Prancis.
Selama perjalanan ke Afganistan 2010, Merah sempat ditangkap polisi lokal di Kandahar. Ia dibawa ke militer Amerika Serikat agar dikembalikan ke Prancis. Militer Amerika menolak berkomentar tentang Merah selama di Afganistan. Ia mungkin tidak terafiliasi dengan jaringan Al-Qaidah di bawah Usamah bin Laden yang sekarang dipimpin oleh Ayman al Zawahiri.
Molin mengatakan Merah merancang sendiri perjalanan ke Afganistan. Kunjungan keduanya pada 2011, terpaksa hanya tiga bulan karena ia terjangkit hepatitis A dan harus kembali ke Prancis pada pertengahan Oktober.
Molin menyebut kakak Merah bernama Abdul Kadir, 29 tahun, juga diperiksa. Ia ditanyai soal penyelundupan militan Jihad ke Irak pada 2007. Polisi pun menemukan bahan peledak di mobil milik Abdul Kadir.
Ia mengaku bekerja sebagai mekanik panggilan. Namun ternyata selama beberapa bulan, Merah hanya menganggur. Tetangga mengenal pria muda ini sebagai sosok yang pendiam dan mudah menolong. Sejumlah tetangga mengatakan sudah membaca sinyal tentang radikalismenya. Sinyal tersebut menurut tetangga terlihat ketika Merah salat di lapangan bola dekat rumahnya.
Christian Ételin, mantan pengacara Merah, mendeskripsikan sosoknya sebagai seorang yang "sopan" tetapi "rumit". Dua teman Merah pun menyebut pria itu sebagai orang yang baik yang bisa diterima semua orang.
Seorang pria yang menolak disebut namanya menuturkan dia sempat didatangi Merah usai penembakan. "Dia adalah seorang pemboros, dia juga pemalas," kata pria itu," Dia adalah penyendiri, bukan orang yang serius, terkadang rambutnya panjang, kadang pendek, kadang dicat merah juga."
Situs msnbc mengisahkan, usai dari penjara, Merah sempat mendaftar ke Legiun Asing Prancis (Militer). Namun, ia ditolak karena pernah terlibat kejahatan.
DIANING SARI