TEMPO.CO , TOULOUSE:- Penembak bersenjata yang diduga membunuh seorang rabi dan tiga siswa sekolah Yahudi di Kota Toulouse, Prancis, Rabu 21 Maret 2012 menyerah setelah dikepung 300 polisi selama lebih dari enam jam.Tersangka Mohamed Merah dibekuk saat bersembunyi di lantai bawah gedung apartemen berlantai empat di kawasan pinggiran Kota Toulouse.
Menteri Dalam Negeri Prancis Claude Gueant mengatakan pria 24 tahun itu adalah warga negara Prancis keturunan Aljazair. Merah, menurut Gueant, pernah tinggal di Pakistan dan Afganistan serta mengaku terlibat jaringan Al-Qaidah. “Pembunuhan di sekolah Yahudi diduga sebagai balas dendam atas kematian anak-anak Palestina,” kata Gueant kepada wartawan.
Selain dituduh membunuh warga keturunan Yahudi pada Senin lalu, Merah diduga membunuh tiga tentara Prancis asal Afrika Utara yang baru kembali dari Afganistan. “Ia diduga membunuh mereka atas keterlibatan Prancis dalam intervensi asing di Afganistan,” Gueant menambahkan.
Keterlibatan Merah dalam kematian ketujuh orang itu berhasil diungkap berdasar alamat IP saudara lelakinya. Alamat itu digunakan untuk menghubungi korban pertamanya, Imad Ibn Ziaten, yang baru kembali dari Afganistan dan hendak membeli sepeda motor milik Merah.
Informasi tentang Merah pun muncul dari Afganistan. Kepala penjara Provinsi Kandahar, Ghulam Faruq, mengatakan Merah pernah mendekam di penjara itu pada 2007 atas dakwaan memasang bom. Ia dihukum tiga tahun, tapi berhasil kabur dari penjara saat rezim Taliban jatuh.
President Nicolas Sarkozy dalam kesempatan terpisah meminta seluruh warga Prancis tetap bersatu. “Kita tidak boleh jatuh dalam balas dendam dan diskriminasi,” tutur Sarkozy setelah menemui pemimpin umat Islam dan Yahudi Prancis.
REUTERS | CNN | SITA PLANASARI A