TEMPO.CO, Washington - Seorang tentara Angkatan Darat yang dituduh membunuh 16 warga sipil Afganistan tidak dalam kondisi mabuk saat melakukan aksinya. Namun, John Henry Browne, pengacaranya, menyatakan ia tak bisa mengingat satupun apa yang terjadi pada malam itu.
"Dia dalam kondisi shock," katanya kepada CBS News. Ia mampu mengingat, katanya, tetapi sepenggal-sepenggal.
Pelaku penembakan diketahui bernama Sersan Robert Bales. Ia sudah bertemu dengan tiga pengacara yang akan membelanya, termasuk John Henry Browne, selama lebih dari tujuh jam.
CBS melaporkan pengacara itu mengatakan ia tidak akan melakukan pembelaan secara membabi-buta dalam kasus ini. Ketika ditanya apakah kliennya memiliki pesan untuk istri dan anak-anaknya, Browne menjawab, "Dia sangat menyayangi mereka dan dia sangat ingin berbicara dengan mereka."
Rebecca Steed, juru bicara penjara militer AS di Fort Leavenworth, Kansas, tempat tersangka ditahan, membenarkan ada pertemuan antara Browne dan Bales pada hari sebelumnya. Namun, ia menolak memberikan rincian.
Bales dituduh melakukan penembakan di Provinsi Kandahar, bagian selatan Afganistan. Penembakan itu memunculkan wacana untuk mempercepat penarikan pasukan AS dari negara itu.
Karilyn Bales, istri tersangka, mengeluarkan pernyataan pada Senin, 19 Maret 2012, menyatakan apa yang dilakukan suaminya sebagai "tragedi mengerikan dan menyedihkan". Namun ia meminta privasi untuk keluarganya.
"Keluarga kami memiliki sedikit informasi di luar apa yang kami baca dan lihat di media. Apa yang telah dilaporkan adalah benar-benar keluar dari karakter orang yang saya kenal dan kagumi. Tolong hormati saya ketika saya mengatakan saya tidak dapat menjelaskan apapun pada apa yang terjadi malam itu," katanya.
Penembakan terjadi pada 11 Maret di dua desa bertetangga di luar sebuah pos AS di Distrik Panjwai. Para pejabat AS mengatakan bahwa Bales meninggalkan pos dan seorang diri melakukan pembunuhan yang menewaskan sembilan anak, tiga wanita, dan empat pria
TRIP B |CNN