TEMPO.CO , Wellington - Seluruh rakyat Tonga, negeri mini dengan penduduk 100 ribu jiwa di kawasan Pasifik Selatan, berkabung menyusul kematian Raja George Tupou V pada usia 63 tahun.
Perdana Menteri (Lord) Tu'ivakano menyerukan seluruh rakyat Tonga agar memanjatkan doa demi keselamatan bangsa di saat negara dalam situasi tertimpa "badai awan hitam".
Raja meninggal di rumah sakit di Hong Kong, Ahad, 18 Maret 2012, dalam kunjungan bersama saudara laki-lakinya, Putra Mahkota Tupouto'a Lavaka, yang juga berada di sisinya ketika ajal menjemput. Penyebab kematiannya hingga saat ini belum diketahui.
Kabar kematian Raja langsung menyebar ke jalur Internet dan belakangan dibenarkan oleh pemerintah melalui siaran radio Tonga. Banyak warga Tonga memberikan penghormatan kepada raja selaku pemegang kekuasaan di negara monarki itu.
Wartawan BBC, Siobhann Tighe, melaporkan dari Tonga, bendera setengah tiang berkibar di seantero negeri dan hampir semua warga Tonga mengenakan pakaian warna hitam. Lagu kebangsaan dan musik keagamaan terus berkumandang melalui radio pemerintah.
Meskipun kaget atas kabar kematian itu, rakyat Tonga sesungguhnya sudah mengetahui bahwa selama ini kondisi kesehatan Raja tidak bagus. Raja pernah dioperasi di Amerika Serikat untuk mengangkat salah satu ginjalnya. Usai kondisinya dianggap fit, dia melakukan perjalanan ke luar negeri. Bahkan Raja pernah tampil bersama dengan Paus di depan publik di Vatikan bulan lalu.
Sejumlah pemimpin negara antara lain Selandia Baru dan Australia turut menyampaikan bela sungkawa. Kedua negara ini memiliki kedekatan hubungan dengan Tonga. Perdana Menteri Selandia Baru John Key mengatakan dia berharap usaha raja untuk memperkenalkan demokrasi di negaranya terus berlanjut.
"Dia yakin bahwa monarki adalah sebuah alat perubahan dan dapat benar-benar dilihat sebagai arsitek demokrasi di Tonga. Ini akan menjadi warisan abadi mendiang," ujar Key dalam sebuah pernyataan.
Perdana Menteri Australia Julia Gillard mengatakan negaranya telah kehilangan "seorang sahabat besar". Dia menambahkan, "Pemilihan umum pertama pada November 2012 di Tonga benar-benar demokratis."
Tonga adalah negara monarki terakhir di Polinesia kendati raja merupakan instrumen yang membawa negara ke reformasi demokrasi. Dia dinobatkan sebagai raja sejak 2006. Negeri ini terdiri dari 170 kepulauan yang telah menyelengarakan pemilihan anggota parlemen pada November 2006, sekaligus untuk mengakhiri sistem feodal sejak 165 tahun silam.
BBC | CHOIRUL