TEMPO.CO , Brisbane:Julian Assange, pendiri WikiLeaks, mengumumkan niatnya mengikuti pemilihan senator di Australia--negara asal pria 40 tahun itu--tahun depan.
"Berdasarkan peraturan, Julian Assange dapat berkompetisi meski dalam tahanan. Dan Julian akan bertarung," kata WikiLeaks dalam akun microblogging Twitter, akhir pekan lalu.
Assange kini berada dalam tahanan rumah di Inggris dan menghadapi kemungkinan ekstradisi ke Swedia atas tuduhan pelecehan seksual terhadap dua wanita. Ia kini tengah berjuang membatalkan rencana ekstradisi di pengadilan Inggris.
John Wanna, peneliti politik dari Universitas Nasional Australia, menegaskan bahwa hak politik Assange tetap ada selama ia berada di negara tersebut saat pemilihan umum. "Tentu syarat lain ia tidak boleh di penjara ataupun terbukti gila," ujar Wanna.
Polisi Australia telah menyimpulkan bahwa tindakan Assange dan WikiLeaks merilis ratusan ribu surat elektronik Kedutaan Amerika Serikat pada 2010 tidak melanggar hukum negara tersebut. Meski begitu, Perdana Menteri Julia Gillard menyebut tindakan itu tak bertanggung jawab.
Dukungan pun muncul dari pengacara konstitusi George Williams dari Universitas New South Wales. Ia menjelaskan, tidak ada pasal dalam konstitusi yang telah berusia 111 tahun, melarang seseorang yang ditahan di luar negeri untuk mengikuti pemilihan. "Saya tidak melihat ada halangan untuk Assange, meski nantinya ia terbukti bersalah," tutur Williams.
Namun Assange dinilai akan kesulitan mengikuti pemilihan tanpa dukungan partai politik. Selama ini hanya ada satu anggota parlemen dari total 76 orang yang berasal dari independen. Tapi Wanna mengatakan besar kemungkinan Assange dapat meraup suara hingga 4 persen karena popularitasnya.
Adapun ibunda Assange, Christine, mengaku belum membahas masalah ini dengan putranya. Tapi ia mengkritik pemerintah Australia yang lebih berpihak kepada kepentingan Amerika ketimbang warga negaranya. "Masalah utama dalam pemilu mendatang adalah demokrasi. Apakah pemerintah akan melindungi warganya atau justru mendukung Amerika," ucap Christine.
THE GUARDIAN | SYDNEY MORNING HERALD | SITA PLANASARI AQUADINI
Inter Terpopuler
Pembuat Video Joseph Kony Alami Depresi
Misteri Wanita Berkutang Putih dalam E-mail Assad
Karzai Ragukan Pelaku Penembakan Hanya Seorang
Identitas Tentara AS Pelaku Penembakan Terkuak
Orang Inggris Ternyata Tak Bahagia
PM Inggris Larang Supermarket Gunakan Bungkus Plastik
Wanita Ini Berdiri Satu Kaki Selama Empat Tahun
Bangkai Kapal Kargo Pembawa Perak Rp 2 Triliun Ditemukan
Di Inggris, Imigran Polandia Paling Produktif