TEMPO.CO, Washington - Korps Marinir Amerika Serikat (United States Marine Corps/USMC) bakal mengurangi 20 ribu personel aktif seiring kebijakan pemerintahan Obama yang memangkas anggaran pertahanan. "Pengurangan kekuatan ini akan dilakukan dalam lima tahun ke depan," kata Letnan Jenderal Richard Mills, Kepala Komando Pengembangan Kemampuan Tempur USMC, seperti dikutip dari Reuters, Kamis, 15 Maret 2012.
Para personel yang dirumahkan tergabung dalam empat batalion infanteri serta 12 skuadron penerbangan. Beberapa kesatuan yang kehilangan banyak personel yakni Camp Pendleton, 29 palms, dan Miramar di California serta Camp Lejeune dan Pangkalan Udara Cherry Point di North Carolina. Basis California kehilangan 6 ribu personel, sedangkan di North Carolina kehilangan 7.900 orang.
Mills mengatakan pemangkasan personel ini harus dilihat sebagai upaya pemerintah untuk memberi anggota marinir kesempatan menjajal karier baru. Meski begitu, pihaknya tak menutup kemungkinan adanya perekrutan personel baru di masa mendatang. "Namun rasionya akan dikurangi dan seleksi akan diperketat," ujarnya.
Setelah proyek ini selesai pada 2016, kekuatan USMC akan menyusut dari 202 ribu orang saat ini menjadi 182 ribu personel. Susunan organisasi tempur pun dirampingkan. Kesatuan infanteri, misalnya, akan berkurang dari 27 batalion menjadi 23 batalion, sedangkan korps penerbangan menyusut dari 27 skuadron menjadi 58 skuadron.
Struktur kekuatan ini didesain ulang untuk meningkatkan kemampuan di beberapa region, seperti Pasifik, serta peningkatan kemampuan pasukan khusus. Selain itu, Mills mengatakan USMC akan menambah 250 personel untuk kekuatan di dunia maya, 821 orang dalam pasukan khusus Marine Recon dan Marine Special Operation Command (MARSOC), serta dua skuadron pesawat tak berawak.
Pemangkasan personel ini merupakan bagian dari upaya pemerintahan Obama untuk mengurangi biaya pertahanan hingga US$ 487 miliar dalam satu dekade. Pemotongan anggaran mulai berlaku pada tahun fiskal 2013. Dari jumlah itu, sebanyak US$ 88,5 miliar ialah anggaran operasi militer di Afganistan.
FERY FIRMANSYAH