TEMPO.CO , Bangkok - Wartawan lokal dan asing, termasuk seorang juru kamera Reuters yang tewas selama kerusuhan di Bangkok 2010 lalu, akan menerima ganti rugi. Mereka termasuk dalam lebih dari 2.000 korban kekerasan politik yang berhak menerima kompensasi dari pemerintah Thailand.
Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mengatakan dia mungkin tidak akan punya waktu untuk bertemu dengan keluarga kameramen Reuters, Hiroyuki Muramoto, saat berkunjung ke Jepang pada Rabu. Tetapi ia menyatakan akan mengeluarkan surat belasungkawa kepada mereka.
Muramoto ditembak pada 10 April 2010 saat tentara mendapat perlawanan bersenjata ketika mencoba untuk membersihkan kemah demonstran anti-pemerintah. Wartawan asing lainnya, fotografer Italia Fabio Polenghi, tewas sebulan kemudian. Penyelidikan pemerintah gagal mengidentifikasi para pelaku.
Pemerintah menyetujui anggaran sebesar 2 miliar baht (setara hampir Rp 590 miliar) pada Selasa untuk memberi kompensasi korban kekerasan 2005-2010 terkait dengan pemecatan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra pada 2006.
Keluarga dari sekitar 100 orang yang tewas akan menerima sekitar 7,5 juta baht (setara Rp 2,2 miliar) masing-masing, dan lebih dari 2.000 yang mengalami luka akan menerima sebanyak 4,5 juta baht (setara Rp 1,3 miliar).
Thaksin, kakak Yingluck, digulingkan oleh kudeta militer setelah dituduh melakukan korupsi dan tidak menghormati monarki.
Kejatuhannya memicu konflik antara pendukung dan penentang, sehingga protes yang semakin agresif mencapai puncaknya pada Maret-Mei 2010 ketika sekitar 90 orang tewas di Bangkok saat masa Kaus Merah yang pro-Thaksin berhadapan dengan pasukan keamanan.
Chaiwat Pumpuang, 47 tahun, seorang fotografer untuk surat kabar The Nation yang terluka, mengatakan kompensasi finansial tidak memadai. Ia ditembak, tampaknya oleh tentara, dalam kebuntuan Mei 2010.
Dia mengatakan biaya medis dibayar sebagian oleh perusahaan, telah mencapai lebih dari 2 juta baht dalam dua tahun terakhir. Dia mengatakan kaki kanannya hampir pulih sejak operasi terbarunya pada bulan Januari, tapi masih perlu banyak penanganan untuk pulih seperti sedia kala.
"Saya tidak bisa bekerja, bahkan tidak bisa melakukan pekerjaan sederhana di rumah seperti dulu," katanya. "Saya melihat sesama fotografer berjalan di lapangan dan menikmati pekerjaan mereka, saya hanya berharap saya ada di luar sana bersama mereka," katanya.
Sementara Nelson Rand, wartawan Kanada yang bekerja untuk France24 ketika ia ditembak pada Mei 2010, menyambut niat baik Yingluck. "Saya pikir itu merupakan langkah positif yang diambil pemerintah, yang mencakup kedua sisi perpecahan politik Thailand," katanya. "Saya pikir itu menunjukkan kesungguhan pemerintah untuk mencapai rekonsiliasi nasional."
TRIP B | ABC NEWS