TEMPO.CO, Gaza - Senin, 5 Maret 2012 menjadi sejarah bagi Gaza, Palestina. Sebab Israel mengizinkan kota di bagian selatan Palestina untuk melakukan ekspor ke kota di utara Palestina, Tepi Barat. Ekspor secara resmi dimulai Selasa, 6 Maret 2012.
Palestina adalah sebuah negara yang terbelah-belah bagiannya akibat kehadiran Israel. Di bagian utara yang berdekatan dengan Jordania dan Laut Mati disebut kawasan Tepi Barat. Adapun Gaza, berada di kawasan selatan, berbatasan dengan Mesir dan Laut Mediterania.
Situs Ynetnews menyebut, Israel mengizinkan dua truk penuh muatan dari Gaza masuk ke Tepi Barat. Ini merupakan pertama kalinya sejak 2007. Truk tersebut bagian dari World Food Program (WFP) untuk memberi makan anak-anak sekolah Palestina.
Lembaga Swadaya Masyarakat Israel Gisha menyebut ekspor pertama itu sebagai langkah penting. Tetapi otoritas militer menegaskan bahwa larangan ekspor Gaza ke Tepi Barat tidak otomatis dicabut akibat perdagangan pertama antarkota itu.
"Sebagai permintaan dari otoritas Palestina, kami izinkan beberapa perdagangan dari Gaza melalui Israel. Dua truk akan menuju Judaea dan Samaria (Tepi Barat)," ujar Guy Inbar, juru bicara COGAT, divisi militer yang menjaga akses keluar masuk Gaza.
"Ini merupakan proyek percontohan sekali dan bukan pembukaan kebebasan ekspor dari Gaza. Kami akan mempertimbangkan soal-soal pajak dan isu perdagangan lainnya," kata Inbar tanpa menjalaskan lebih detail.
Gisha yang berkampanye demi kebebasan pergerakan dan perdagangan Palestina, menyatakan izin termasuk total 19 truk. "Langkah penting berkaitan dengan pemenuhan komitmen pemerintah Israel untuk pertumbuhan ekonomi warga Palestina di Gaza," kata Direktur Gisha, Sari Bashi.
"Pertanyaannya adalah, apakah ini isyarat sekali untuk WFP atau sebuah pengubahan kebijakan. Jika izin memasarkan barang ke Tepi Barat bisa dilonggarkan sekali, kenapa tidak bisa dijadikan rutin," tanya dia.
Sebelum kebijakan larangan perdagangan Juni 2007, sekitar 85 persen ekspor produk Gaza dijual ke Israel dan Tepi Barat.
"Selama lima tahun, mereka tidak mengizinkan saya ekspor," ujar Mohammed al-Talabani, pemilik perusahaan roti di Dir al-Balah, Gaza, kepada Haaretz.com. Talabani yang memiliki 400 pegawai mengaku kini berhasil mengirim 150 ton kue pesanan WFP untuk murid sekolah di Tepi Barat.
DIANING SARI