TEMPO.CO , TEHERAN:-- Hari ini Iran menggelar pemungutan suara parlemen. Pada saat yang sama, para pemimpin negeri kaya minyak itu ingin menunjukkan pendiriannya terhadap Barat yang menerapkan sanksi-sanksi lebih keras soal sengketa program nuklir kontroversial.
Sekitar 3.400 kandidat bersaing memperebutkan suara 48 juta warga yang berhak memilih demi 290 kursi di legislatif Iran. Boikot oleh partai-partai reformis utama, dan pendepakan kandidat yang kurang lengkap setia kepada rezim Islam, memudahkan kubu-kubu konservatif mendominasi daftar polling.
Baca Juga:
Teheran berulang kali mendesak para pemilih berbondong-bonding ke bilik suara. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pekan ini mengatakan suatu hasil masif diperlukan "untuk menunjukkan determinasi kita terhadap musuh, sehingga dipahami bahwa hal itu tak bisa menantang bangsa kita."
Adapun Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyatakan pemungutan suara adalah "tugas nasional". Dan Menteri Pertahanan Ahmad Vahidi kemarin menegaskan, "Tanpa diragukan, partisipasi yang tinggi, menguatkan keamanan nasional."
Partisipasi yang tinggi boleh jadi hal yang penting saat ini sebagai cahaya buat prospek ekonomi Iran yang gelap dan meningkatkan fragmentasi politik. Sanksi-sanksi baru tahun ini oleh Amerika Serikat dan Eropa nyatanya punya efek tak terduga atas sektor swasta dan kelas menengah Iran.
Baca Juga:
Namun pemilu juga kental diwarnai persaingan di antara dua faksi konservatif yang berkuasa setelah terberangusnya gerakan reformis populer: sekutu Presiden Ahmadinejad dan faksi garis keras ulama serta para komandan Garda Revolusioner yang mengklaim mendukung Ayatollah Khamenei.
Meski tak satu pun kelas politik di Iran berani menantang Khamenei secara terbuka, Presiden Ahmadinejad telah berhasil mengangkat kekuatan lembaganya sejak dia terpilih untuk pertama kalinya pada 2005, dan harapan untuk menjaga pengaruhnya melalui sekutunya di parlemen bahkan setelah masa jabatannya yang kedua berakhir pada 2013.
Ambisi-ambisi itu memperbesar ketegangan dengan Khamenei. Menurut beberapa pengamat Timur Tengah, Ahmadinejad dan kubunya, termasuk Kepala Staf Esfandiar Rahim Mashaei yang kontroversial, telah meraup uang lewat privatisasi industri negara sejak 2005.
Apa pun, dengarlah suara rakyat. Saeed Khademi, 27 tahun, sopir sebuah perusahaan swasta, Kamis lalu, mengatakan kepada BBC bahwa dirinya akan 100 persen berpartisipasi. "Lebih baik hadir ketimbang tidak ambil bagian. Karena kami bisa menentukan orang yang kami suka masuk parlemen. Perhatian terbesar saya adalah hidup damai buat keluarga, hidup yang nyaman buat saya dan keluarga," ujarnya.
Lain lagi seorang mahasiswa S-2 bernama Iman Pouryounes, 30 tahun. Dia belum memutuskan memilih atau tidak karena tak familiar dengan seluruh kandidat. "Tapi, jika saya familiar (dengan kandidat), saya akan sepenuhnya berpartisipasi," ujar Pouryounes.
| The Daily Star Lebanon | Times of India | BBC | The National | Dwi Arjanto