TEMPO.CO, Washington - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengatakan pemimpin Suriah, Bashar al-Assad, layak disebut sebagai penjahat perang. "Akan ada argumen dibuat bahwa dia akan masuk ke dalam kategori itu," kata Clinton dalam sidang Komite Senat, menanggapi pertanyaan dari Senator Lindsey Graham.
Namun, dia menambahkan, penggunaan label seperti itu akan "membatasi pilihan untuk membujuk para pemimpin untuk mundur dari kekuasaan".
Clinton juga ditanya apakah dia berpikir Assad pada akhirnya akan mundur. "Saya tengah melakukan," katanya. "Saya tidak tahu bagaimana untuk menentukan akhirnya."
Pekan lalu Clinton menghadiri Konferensi "Sahabat Suriah", yaitu konferensi negara-negara Barat dan Arab di Tunis yang mendesak Assad untuk menghentikan tindakan keras kepada pemberontak. Aksi kekerasan itu telah berlangsung hampir setahun. Protes yang awalnya damai kini berubah menjadi pemberontakan bersenjata.
Sebuah panel PBB telah menyusun daftar pejabat Suriah yang dapat diselidiki atas kejahatan terhadap kemanusiaan. AS juga mengkritik utusan Suriah untuk menyerbu keluar dari pertemuan darurat PBB tentang krisis di negaranya, Selasa, mengatakan langkah itu dan pidato berapi-api yang mendahuluinya menunjukkan "delusi" dari rezim Presiden Bashar Assad.
Duta Besar Suriah untuk PBB di Jenewa, Fayssal al-Hamwi, menuduh anggota Dewan HAM PBB mempromosikan terorisme dan memperpanjang krisis di negaranya dengan mengadakan pertemuan darurat di Suriah.
TRIP B | MSNBC