TEMPO.CO , New York : Sepekan berlalu, pasukan loyal Presiden Suriah Bashar al-Assad terus membombardir Kota Homs, kota terbesar ketiga di negara itu, dan kota-kota tetangga Homs. Komisi Umum Revolusi Suriah--kelompok oposisi--mengatakan tembakan mortir dan roket diarahkan ke rumah-rumah atau permukiman penduduk.
Menurut pengamat hak asasi manusia Suriah yang bermarkas di London, sedikitnya 12 orang tewas akibat tembakan yang juga ditargetkan ke Bab Amr, distrik yang bertetangga dengan Homs, kemarin. Situasi serupa dialami penduduk yang bertetangga dengan Homs, kota yang menjadi pusat pertahanan oposisi.
Adapun menurut Kelompok Suriah Revolusi, lebih dari 93 orang tewas, termasuk di dalamnya 12 anak, pada Rabu lalu.
Jurnalis lepas warga Suriah yang bekerja untuk kantor berita AFP, The Guardian, dan Die Welt, Mazhar Tayyara, dilaporkan tewas pada Selasa lalu. Ia terjebak dalam aksi tembak-menembak di Distrik Khaldiyeh saat berusaha menolong penduduk yang terluka akibat ledakan bom.
Menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Institute Pers Internasional (IPI), Tayyara adalah jurnalis yang keempat yang tewas dalam aksi demonstrasi berdarah menentang pemerintah Suriah.
"Situasi mengerikan. Kami kekurangan makan, air, dan bantuan medis. Para dokter ambruk setelah merawat orang-orang yang terluka selama lima hari tanpa istirahat," kata Omar Shaker, aktivis di Baba Amr. "Kami mau Lavrov (Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov) datang dan menginap semalam di Homs untuk melihat apa yang telah terjadi."
Bencana kemanusiaan yang masih berlanjut di Suriah membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa diyakini akan bergabung dengan misi pemantauan Liga Arab seperti yang diminta oleh Liga Arab dalam proposalnya. Hal ini bertujuan mencegah eskalasi aksi berdarah dan brutal pasukan Assad.
Sementara itu, Liga Arab akan bergabung serta berkoordinasi dengan Rusia dan Cina untuk mengakhiri aksi kekerasan di Suriah. Wakil Ketua Liga Arab, Ahmad Bin Helli, mengatakan hal itu kemarin.
Juru bicara Menteri Luar Negeri Cina, Liu Weimin, kemarin mengatakan, delegasi oposisi Suriah mengadakan kunjungan empat hari ke Beijing. Ini kunjungan pertama mereka sejak Cina dan Rusia memveto resolusi PBB terhadap Suriah. Sejumlah pemimpin oposisi Suriah bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Cina Zhai Jun dan diplomat senior Cina.
Untuk terus menekan penguasa Assad, Uni Eropa akan menambah lagi sanksi bagi Suriah. Seorang pejabat Uni Eropa mengungkapkan, sanksi itu ada kemungkinan berupa larangan impor fosfat, larangan terbang antara Suriah dan Eropa, serta larangan transaksi keuangan dengan bank sentral Suriah.
Pembahasan soal sanksi itu, si pejabat melanjutkan, akan dibahas dalam pertemuan menteri luar negeri Uni Eropa pada 27 Februari mendatang.
THE GUARDIAN | RIA NOVOSTI | CNN | CBS | FOXNEWS | MARIA RITA